REPUBLIKA.CO.ID,PONTIANAK -- Manajer PT PLN Area Pontianak Hitler SP Togarotop mengatakan meski Sistem Khatulistiwa suprlus energi 30 MW namun tidak menutup kemungkinan terjadinya pemadaman terutama karena faktor cuaca.
"Dibandingkan dari sebelumnya, faktor pemadaman kita lebih kecil dari sekarang. Kalau dulu masih agak berat terutama dalam hal kekurangan daya atau beban mampu kita. Namun saat ini daya mampu kita sudah 330 MW dan beban puncak hanya 300 MW sehingga masih surplus," katanya di Pontianak, Kamis.
Ia menjelaskan, untuk faktor cuaca seperti angin kencang sehingga menumbangkan pohon dan kemudian menimpa tranmisi tentu tidak dapat diprediksi. Jika demikian maka secara otomatis ada pemadaman dan akan butuh waktu untuk perbaikan.
"Faktor cuaca memang tidak bisa disalahkan namun kita hanya berusaha seperti jika ada potensi pohon yang akan tumbang atau terlalu tinggi yang akan mengenai jaringan akan dipangkas. Ini juga perlu dukungan masyarakat secara mandiri atau memberitahu kami untuk pemangkasan," ujar dia.
Ditambahkan Hitler pemadaman kadang juga oleh faktor adanya pemiliharaan dalam rangka untuk meningkatkan keandalan listrik. Jika ada pemeliharaan baik di tranmisi, gardu dan sebagainya akan memicu pemadaman setelah diberitahukan.
"Belum lagi masalah klasik seperti layang -layang yang tidak bisa diprediksikan juga. Kalbar terutama di Pontianak, layangan memang masih menjadi ancaman terhadap pemadaman," kata dia.
Sementara itu General Manager Bidang Transmisi dan Distribusi PT PLN (Persero) Wilayah Kalbar, Joko Pitoyo menambahkan soal layang-layang merupakan satu di antara kasus yang besar menyebabkan pemadaman. Menurutnya dampak yang didapat selain pemadaman juga meninggalkan kerugian bagi PLN dan Negara.
"Akibat layangan, juga memakan korban seperti yang sudah sering terjadi," katanya.
Untuk mengantisipasi akibat layang-layang yang mayoritas menggunakan tali kawat, khusus untuk gardu induk pihaknya membuat kelambu atau jaring yang sangat efektif melindungi gardu induk yang sebelumnya sering meledak akibat layangan putus dan jatuh di gardu induk tersebut.
"Hanya di Kalbar atau satu-satunya di Indonesia gardu Induknya menggunakan kelambu. Itu efektif dan terbukti dengan kelambu di atas kelambu banyak layangan yang jatuh dan perangkat gardu terselamatkan," kata dia.