REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Council on American-Islamic Relations (CAIR) dan University of California baru-baru ini mengeluarkan laporan bersama terkait 'industri' Islamofobia. Menurut laporan tersebut lebih dari 200 juta dolar Amerika Serikat dihabiskan untuk mempromosikan "ketakutan dan kebencian' pada Muslim di AS antara tahun 2008 hingga 2013.
Laporan yang dirilis Senin (20/6) lalu tersebut, mengidentifikasi 74 kelompok yang mendanai dan memupuk Islamofobia di As. Mereka termasuk kelompok feminis, Kristen, Zionis dan organisasi media terkemuka.
"Ini merupakan keseluruhan dari industri itu sendiri. Ada orang yang menghasilkan jutaan dolar per tahun dari mempromosikan Islamofobia. Mereka sering menampilkan diri sebagai ahli pada urusan Islam padahal mereka bukan," kata juru bicara CAIR Wilfredo Amr Ruiz kepada Aljazirah, Kamis (23/6).
Menurut Ruiz mereka-mereka ini yang menciptakan lingkungan ketidakpercayaan di kalangan masyarakat AS. Mereka mengklaim umat Islam bukan bagian dari masyarakat AS dan Muslim tak akan pernah bisa menjadi warga negara yang setia.
Ruiz mengatakan Islamofobia memaparkan dua bahaya utama yakni peningkatan kejahatan dan undang-undang anti-Islam. Ruiz mencontohkan tahun lalu di Florida terjadi peningkatan kejahatan berlandaskan kebencian terhadap Muslim sebanyak 500 persen. Banyak masjid telah dirusak dan ada sejumlah ancaman bom terhadap kelompok-kelompok Islam.
"Dan pemerintah Florida bahkan mencoba melarang buku-buku sekolah yang memuat referensi apapun mengenai Islam dalam sejarah," ujar Ruiz.