REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Capaian lifting minyak untuk tahun ini dinilai sulit untuk menyentuh angka yang ditargetkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2016 sebesar 820 barel per hari. Kepala Satuan Kerja Khusus Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Amien Sunaryadi mengatakan pemangkasan biaya produksi dan jumlah pemboran yang berkurang mau tak mau membuat produksi minyak ikut turun.
Target lifting minyak dalam APBN ini sudah dipangkas dari target sebelumnya yakni 830 ribu barel per hari. Amien mengungkapkan bahwa realisasi produksi minyak semester pertama ini mencapai 834 ribu barel per hari. Namun memasuki September dia memproyeksikan akan ada penurunan produksi yang membuat rata-rata produksi pada akhir tahun 2016 ini bertengger di angka 819 ribu barel per hari.
Amien menjelaskan, penurunan produksi lebih disebabkan oleh faktor alamiah lapangan yang menua. Secara menyeluruh, lanjutnya, penurunan produksi paling signifikan dialami oleh PT Pertamina EP yang mengurangi jumlah sumur pengeboran.
Dalam APBNP TA 2016, disepakati pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2 persen dari APBN 5,3 persen. Inflasi 4 persen dari 4,7. Nilai tukar (Rp/dolar) Rp 13.500 dari Rp 13.900. Tingkat suku Bunga SPN 3 bulan tetap di angka 5,5 persen. Harga minyak (dolar/barel) 40 dolar AS dari sebelumnya 50 dolar/barel. Lifting minyak sebesar 820 ribu barel/hari.