Jumat 01 Jul 2016 11:45 WIB

BPS: Tarif Angkutan Udara Picu Inflasi Juni

Angkutan mudik pesawat udara (ilustrasi)
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Angkutan mudik pesawat udara (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin mengatakan kenaikan tarif angkutan udara sejak awal Juni hingga menjelang musim arus mudik Hari Raya Idul Fitri 1437 Hjiriah, menjadi penyumbang terbesar inflasi Juni 2016 yang sebesar 0,66 persen.

Suryamin, dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (1/7), mengatakan kenaikan tarif angkatan udara pada Juni 2016 dari Mei 2016 sebesar 8,27 persen, dengan andil terhadap inflasi sebesar 0,08 persen. Sedangkan bobot tarif angkutan udara pada konsumsi masyarakat, kata Suryamin, sebesar 1,02 persen.

"Ini mencakup sejak awal Juni 2016 karena sudah banyak libur juga, hingga data kemarin (Kamis), saat sudah banyak yang mudik," ucap Suryamin.

Kenaikan tarif angkatan udara tertinggi terjadi di Balikpapan, Kalimantan Timur sebesar 46 persen dan Tarakan, Kalimantan Utara 38 persen. Sedangkan penyumbang inflasi terbesar kedua adalah kenaikan harga daging ayam ras sebesar 5,63 persen dengan andil terhadap inflasi 0,07 persen dan bobot di konsumsi masyarakat sebesar 1,26 persen.

Kemudian, kontributor inflasi ketiga adalah ikan segar dengan kenaikan harga sebesar 2,15 persen dengan sumbangan terhadap inflasi 0,06 persen. Bobotnya pada konsumsi masyarakat sebesar 2,66 persen.

Komoditas keempat terbesar penyumbang inflasi adalah telur ayam, dengan kenaikan harga sebesar 5,86 persen, dan sumbangannya sebesar 0,04 persen. Bobot konsumsi masyarakat untuk telur ayam adalah sebesar 0,73 persen.

Komoditas kelima terbesar penyumbang inflasi adalah gula pasir dengan andil 0,04 persen, dan kenaikan harga 6 persen. Bobot gula pasir dalam konsumsi masyarakat sebesar 0,55 persen. "Selanjutnya, adalah kentang, wortel, beras, bayam, apel, tarif dasar listrik, dan emas," papar Suryamin.

Adapun, beberapa komoditas justeru mencatatkan deflasi karena peningkatan produksi seperti bawang merah. BPS mencatat terjadi penurunan harga bawang merah sebesar 10,19 persen dengan andil terhadap deflasi sebesar 0,07 persen.

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement