Senin 11 Jul 2016 00:30 WIB

Tudingan Ketua KPU Meninggal karena Diracun Dinilai tak Beradab

Rep: Eko Supriyadi/ Red: M Akbar
 Sejumlah kerabat beserta keluarga berdoa untuk almarhum Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Husni Kamil Manik di rumah duka yang terletak di Jalan Siaga Raya, Jakarta Selatan, Kamis (7/7) malam. (Republika/Raisan Al Farisi)
Sejumlah kerabat beserta keluarga berdoa untuk almarhum Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Husni Kamil Manik di rumah duka yang terletak di Jalan Siaga Raya, Jakarta Selatan, Kamis (7/7) malam. (Republika/Raisan Al Farisi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Spekulasi pemberitaan yang menyebut wafatnya Husni Kamil Manik akibat praktek konspirasi jahat dinilai sesuatu yang sangat biadab dan tidak beradab.

Anggota Komisi II DPR Rahmat Hamka berharap agar semua pihak dapat menjaga perasaan pihak keluarga yang ditinggalkan, terlebih keluarga besar Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Menurutnya, kalau ingin sedikit lebih jernih berpikir bahwa kalau memang ada kejanggalan-kajanggalan yang terjadi atas kepergian Husni Kamil maka sanak keluarganya juga dari para koleganya di KPU akan bisa merasakan hal tersebut. Ia meyakini, mereka tidak akan tinggal diam karena berinteraksi langsung dengan almarhum.

''Tapi anehnya, yang ribut dan banyak beri komentar kurang nyaman justru dari pihak yang tidak sepatutnya dan sepantasnya,'' kata Rahmat, di Jakarta, Ahad (10/7).

Untuk itu, ia meminta agar dapat segera dihentikan cara-cara yang kurang beradab. Apalagi, kata dia, kalau keluarga dan koleganya sudah menyampaikan juga secara terbuka tidak perlu dilakukan otopsi.

Mengenai dari pihak RSPP yang tidak menyampaikan penyebab meninggalnya Husni kepada pihak lain secara terbuka, lanjut Rahmat, harus dipahami bahwa mereka hanya punya kewajiban menyampaikan kepada pihak keluarga saja. Ia yakin, pihak keluargapun sudah diberitahu secara langsung tentang hal tersebut.

'Jadi janganlah hal tersebut kemudian jadi alibi seolah-olah ada kejanggalan, apalagi dikaitkan dengan kondisi jasad Almarhum yang tidak berdasar dan sangat menyesatkan, karena hanya dari asumsi saja,'' ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement