REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Pendirian Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) diharapkan dapat bersinergi dengan Universitas Islam Negeri (UIN) yang sudah ada sebelumnya. Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim, Mudjia Rahardja, menyambut positif rencana pemerintah membangun UIII.
Menurutnya, keberadaan UIII akan melengkapi peran UIN dalam mewujudkan Islam Indonesia sebagai rujukan Islam dunia. Kehadiran UIII menjadi tonggak pembangunan peradaban Islam di Indonesia. "UIII berfokus pada riset sehingga dapat menambal kekurangan universitas Islam di Indonesia yang masih belum fokus sepenuhnya pada riset," katanya saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (14/7).
Mudjia mengatakan selama ini universitas Islam di Indonesia masih menitikberatkan pada pencapaian Angka Partisipasi Kasar (APK) Perguruan Tinggi. Sehingga, penyelenggaraan riset dinilai masih lemah.
Hasil riset UIII dapat dimanfaatkan bagi perkembangan ilmu pengetahuan oleh mahasiswa universitas Islam lain. Begitu juga sebaliknya, sumber daya yang ada di universitas Islam dapat menyumbangkan ide dan pemikirannya dalam berbagai riset.
Mudjia meyakini tidak akan ada rivalitas antara UIN dan UIII. Ia menuturkan UIII akan sangat membantu dalam diplomasi akademik di bidang keislaman. "Jauh sebelum Presiden Jokowi meneken Perpres pendirian UIII, para rektor UIN sudah dikumpulkan oleh menteri dan wakil presiden untuk berdiskusi," imbuhnya.
Di sisi lain, berdirinya UIII sekaligus menjadi cambuk bagi UIN agar senantiasa meningkatkan kualitas. UIN Maulana Malik Ibrahim, lanjut Mudjia, sampai saat ini telah menerima mahasiswa dari 32 negara Asia dan Afrika. (christiyaningsih)