REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menyatakan jumlah kejadian kecelakaan yang melibatkan bus pada penyelenggaraan angkutan lebaran 2016 menurun cukup signifikan dibanding tahun sebelumnya.
Berdasarkan data Korlantas Polri terkait kendaraan bermotor yang terlibat kecelakaan pada angkutan lebaran 2016 mulai H-6 sampai Kamis (14/7), jumlah kecelakaan yang melibatkan bus sebanyak 148 kejadian kecelakaan.
Jumlah tersebut menurun 41 persen dibanding tahun lalu, yaitu sebanyak 249 kejadian kecelakaan. Menurut Dirjen Perhubungan Darat Kemenhub Pudji Hartanto, ada beberapa faktor yang menyebabkan menurunnya jumlah kecelakaan bus pada tahun ini.
Faktor yang pertama yaitu adanya instruksi dari Menteri Perhubungan Ignasius Jonan untuk melakukan pemeriksaan kelaikan atau ramp check secara menyeluruh terhadap bus-bus sebelum dan saat penyelenggaraan angkutan lebaran berlangsung.
"Kami melakukan ramp check terhadap bus-bus AKAP, yang menjadi tanggung jawab Kemenhub. Dari total 14 ribu bus, kita berhasil melakukan ramp check sebanyak kurang lebih 10 ribu bus AKAP," katanya di kantor Kemenhub, Jakarta, Rabu (13/7) kemarin.
Pudji mengakui, tidak bisa melakukan ramp check ke 14 ribu bus karena mengalami beberapa kendala. Salah satu kendalanya, lanjutnya, disebabkan banyak bus-bus yang menghindari pemeriksaan petugas dengan tidak datang ke terminal, melainkan bersembunyi di pool-pool bus yang ada.
Sementara faktor lainnya yang menyebabkan menurunnya kecelakaan bus, yaitu karena menurunnya jumlah penumpang angkutan bus pada tahun ini. Tercatat, jumlah penumpang bus pada tahun ini sebesar hanya sekitar 4,2 juta orang, atau menurun 12,29 persen dibanding tahun lalu yang jumlah penumpangnya mencapai sekitar 4,8 juta orang.
Menurunnya jumlah penumpang, menurut Pudji disebabkan oleh beberapa hal diantaranya, beralihnya penumpang ke moda kereta api dan pesawat udara yang pada tahun ini jumlah penumpangnya mengalami kenaikan. Selain itu, masih banyaknya masyarakat yang mudik menggunakan kendaraan pribadi baik dengan mobil maupun sepeda motor.
"Selain itu, dari sisi keselamatan dan kenyamanan (angkutan bus) masih dianggap kurang. Hal tersebut juga mempengaruhi turunnya jumlah penumpang bus," sambungnya.
Menurut Pudji, masih kurangnya faktor keselamatan dan kenyamanan angkutan bus menjadi tantangan Ditjen Perhubungan Darat memperbaiki kondisi tersebut, untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat menggunakan angkutan bus.
"Ke depan ini menjadi pekerjaan rumah perhubungan darat, bagaimana menjaga kelaikan angkutan bus secara optimal. Setelah itu terpenuhi, baru setelahnya kita atur kenyamanan melalui pengaturan SPM (Standar Pelayanan Minimal). Selain itu, terminalnya juga nanti akan ditata," katanya menambahkan.