Senin 18 Jul 2016 11:11 WIB

21 Balita Sambangi RSIA Sayang Bunda untuk Divaksin Ulang

Rep: Kabul Astuti/ Red: Achmad Syalaby
Imunisasi. Ilustrasi
Foto: .
Imunisasi. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Sebanyak 21 orang tua balita mendatangi Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Sayang Bunda, Jalan Raya Pondok Ungu Permai, Kec Babelan, Kabupaten Bekasi untuk melakukan vaksinasi ulang, Senin (18/7). 

Dwi Yuliani (30 tahun), salah satunya. Ia ditelpon oleh Dinas Kesehatan Kab Bekasi, yang memberitahukan bahwa kedua anaknya berhak mendapatkan vaksinasi ulang di RSIA Sayang Bunda. Sejak 2014, ia rutin melakukan vaksinasi di RSIA Sayang Bunda yang belakangan terdaftar dalam 14 rumah sakit terduga menggunakan vaksin palsu oleh Kementerian Kesehatan.  

Anak pertamanya berusia 2 tahun, mendapatkan vaksin dari 2014. Sedangkan anak kedua, berusia 3 bulan, mendapatkan vaksin sejak lahir dari bulan Mei 2016. Dwi mengatakan, anak pertamanya bahkan sudah mendapat vaksinasi lengkap. Berdasarkan data 10 jenis vaksin palsu yang dibeli oleh pihak RSIA Sayang Bunda dari distributor CV Azka Medika, ada banyak vaksin palsu yang sudah terpapar dalam tubuh anak pertamanya. 

Beberapa di antaranya, Pediacel dan BCG. Vaksin Pediacel, menurut Dwi, harganya tidak murah. Satu kali vaksin bisa mencapai lebih dari Rp 1 juta. Pada waktu itu, tuturnya, ia ditawari oleh pihak rumah sakit untuk memilih paket vaksin yang menimbulkan demam atau tidak. Sebagai orang tua, ia pun memilih vaksin yang tidak menimbulkan efek demam. Ia tak menyangka bila vaksin tersebut justru palsu. 

Meski mendapatkan vaksinasi ulang, Dwi masih tetap khawatir pada kesehatan anaknya. "Kalau disuntik ulang efeknya bagaimana, ada efeknya gak nantinya. Apa dengan vaksin ulang sudah kelar gitu aja, kalau suatu saat nanti timbul penyakit bagaimana?" ujar warga Perum Wisma Asri Kota Bekasi ini kepada Republika.co.id, Senin (18/7). 

Dwi mengatakan, selama ini memang tidak ada efek samping dari vaksin palsu yang diterima kedua anaknya. Namun, ia mengkhawatirkan efek vaksin terhadap kesehatan anaknya pada masa yang akan datang. Ia berharap pihak rumah sakit mau bertanggung jawab terhadap dampak vaksin palsu sampai batas waktu yang tidak ditentukan. "Minta tanggung jawab RS kalau ada sesuatu harus nangani full," ungkap Dwi. 

Petugas pelayanan posko vaksin palsu di RSIA Sayang Bunda, Artika,  mengatakan total pengaduan vaksin palsu dari orang tua balita ke RSIA Sayang Bunda berjumlah lebih dari 200 kasus. Sebanyak 21 di antaranya dijadwalkan akan mendapat vaksinasi ulang pada Senin (18/7). Ia mengaku pihak RS tidak tahu menahu terkait kriteria pemilihan kedua puluh satu balita tersebut.

"Yang memilih dari Dinkes. 21 orang ditelpon langsung," kata Artika. Di luar ke-21 balita tersebut, menurut dia, juga bisa mendapatkan vaksin ulang setelah diperiksa oleh dokter dan dinyatakan memenuhi status kesehatannya. Apabila dokter menyatakan bisa divaksin, pasien bisa mendapatkan vaksin langsung pada hari yang sama. Namun, mereka harus menunggu sampai 21 balita terdaftar mendapatkan vaksinasi ulang. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement