REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantio dan Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian melihat dari dekat kondisi jenazah gembong teroris Santoso dan seorang anak buahnya Mokhtar yang disimpan di kamar jenazah RSU Bhayangkara Palu, Rabu (20/7).
Panglima TNI dan Kapolri tiba di Bandara Mutiara masing-masing dengan pesawat khusus dalam waktu berbeda. Pesawat Kapolri mendarat sekitar pukul 15.00 WITA sedangkan pesawat khusus TNI AU yang membawa Panglima TNI dan rombongan mendarat sekitar pukul 16.30 WITA.
Setibanya di RSU Bhayangkara Palu,langsung masuk ke ruang jenazah dan berada di dalam sekitar 10 menit, lalu keluar memberikan keterangan kepada wartawan.
Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian yang didampingi Panglima TNI kembali menegaskan jenazah yang baru dilihatnya adalah Santoso setelah dilakukan berbagai pemeriksaan, mulai dari sidik jari dan ciri-ciri fisik lainnya serta kesaksian keluarga dan sedang menunggu hasil tes DNA.
Kapolri mengucapkan terima kasih dan apresiasi yang tinggi kepada Panglima TNI, Kasad dan jajarannya serta seluruh personel TNI-Polri yang berada di lapangan atas kerja sama yang solid selama Operasi Tinombala berlangsung hingga mampu melumpuhkan Santoso.
Sedangkan Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantio mengatakan Operasi Tinombala akan dilanjutkan dan tidak akan kendor meskipun Santoso telah dilumpuhkan.
"Bahkan operasi ini akan kita perkuat. Tidak perlu tambah personel karena personel yang ada sekarang sudah cukup. Hanya operasinya akan ditambah dengan operasi-operasi teritorial, tidak hanya operasi militer," ujar Panglima.
Baik Panglima TNI maupun Kapolri mengimbau anak buah Santoso yang masih bersembunyi di hutan-hutan pegunungan Kabupaten Poso untuk turun gunung, kembali ke Ibu Pertiwi dan bergabung dengan masyarakat, namun harus menghadapi proses hukum sesuai ketentuan yang berlaku.
(Baca juga: TNI-Polri Jangan Saling Klaim Kasus Santoso)