REPUBLIKA.CO.ID, GORONTALO -- Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Kota Gorontalo dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Cabang Sulawesi Utara (Sulut) menyatakan sikap terkait beredarnya vaksin palsu dibeberapa fasilitas kesehatan, Sabtu (23/7). Ketua IDI Cabang Kota Gorontalo dr Irinato Dunda mengatakan, adanya kegelisahan orangtua yang anaknya terindikasi menerima vaksin palsu di rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya. Juga adanya tindakan anarkis yang terjadi pada dokter yang bertugas pada fasilitas kesehatan, dan bahkan dokter yang tidak berhubungan dengan pembelian vaksin serta gedung.
"Hal ini telah menjadi keresahan yang luas di kalangan dokter dan juga keluarga, terutama dokter spesialis anak," katanya.
Dia mengatakan, kejadian tersebut berdampak buruk bagi pelayanan terhadap masyarakat saat ini dan masa akan datang. Serta hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap dokter di seluruh Indonesia. "Menyikapi itu, kami menyampaikan empati yang mendalam kepada seluruh orang tua yang anaknya diduga mendapat vaksin palsu dan mengaharapkan agar tidak melalukan tindakan anarkis yang dapat merugikan semua pihak dan mendahulukan azas praduga tidak bersalah," jelasnya.
Selanjutnya, IDI Kota Gorontalo dan IDAI Sulut mendesak Kementrian kesehatan RI dan Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI agar bertanggung jawab terhadap beredarnya vaksin palsu. Selain itu juga melakukan penanganan vaksin palsu dan secepatnya memulihkan situasi yang tidak kondusif saat ini. Dengan cara membuat protokol penanganan yang baik atas usul IDAI Pusat.
"Dokter, tenaga kesehatan atau fasilitas tenaga kesehatan adalah korban dari oknum pemalsu vaksin, dan meminta agar pemerintah untuk tidak membiarkan semuanya untuk mengadapi keluhan masyarakat tanpa jalan keluar, solusi yang ditetapkan pemerintah," lanjutnya.
Ketua IDI Gorontalo melanjutkan, di Gorontalo dan Sulawesi Utara semua vaksin yang digunakan oleh IDAI Sulawesi Utara dan IDAI Gorontalo adalah resmi yang berasal dari PT Bio Farma. "Kami mengutuk oknum yang membuat vaksin palsu dan mendukung proses hukum yang dilakukan pihak Kepolisian," ujarnya.
Irianto juga mengimbau kepada semua pihak, agar kejadian tersebut tidak dipolitisasi karena persoalan kesehatan seluruh rakyat menjadi tanggung jawab bersama. Sementara itu, Ketua IDAI Cabang Sulawesi Utara Rocky Wilar SPAK mengatakan, khusus di daerah Sulut sejak kasus vaksin palsu merebak, pihaknya segera berkomunikasi dengan pengurus IDAI Pusat.
"Kami sudah mendata, mengecek dan melakukan konfirmasi langsung semua anggota IDAI Sulut yang berada di Sulawesi Utara, Gorontalo dan Maluku Utara," katanya.
Dia mengatakan, prihatin dan berempati, karena menurutnya dokter juga menjadi korban. Mereka sudah dipolitisir mungkin ada satu atau dua oknum dari belasan ribu dokter anak yang ada di Indonesia.
"Kami mensupport semua langkah hukum yang saat ini dilakukan oleh pihak kepolisian pada kasus vaksin palsu ini. Kami juga mengutuk oknum pembuat vaksin palsu karena sangat membahayakan anak Indonesia," katanya.