Sabtu 23 Jul 2016 23:23 WIB

HaN 2016 Momentum Pemajuan Perlindungan Anak

Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Asorun Ni’am Sholeh (kedua kiri) memberikan penjelasan kepada Perwakilan orang tua korban yang diduga vaksin palsu saat melakukan pertemuan di Kantor KPAI, Jakarta, Kamis (21/7). (Republika/ Raisan Al Farisi)
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Asorun Ni’am Sholeh (kedua kiri) memberikan penjelasan kepada Perwakilan orang tua korban yang diduga vaksin palsu saat melakukan pertemuan di Kantor KPAI, Jakarta, Kamis (21/7). (Republika/ Raisan Al Farisi)

REPUBLIKA.CO.IDWakil Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia Susanto berharap peringatan Hari Anak Nasional menjadi momentum untuk memajukan perlindungan anak. "Peringatan Hari Anak Nasional 2016 ini perlu menjadi momentum pemajuan perlindungan anak, terutama dari unsur pendidikan," kata Susanto di Jakarta, Sabtu (24/7).

Dia mengatakan, dunia pendidikan harus memastikan proses pendidikan berlangsung dengan nyaman, menyenangkan dan membelajarkan untuk semua anak. Adanya anak yang lemah dan cerdas secara akademik, bukan berarti dimaknai sebagai takdir, tapi karena proses pendidikan yang belum "membelajarkan" semua anak sesuai dengan karakteristik dan gaya belajar masing-masing.

Beragam kasus kekerasan atas nama pendidikan, kata dia, sejauh ini masih sering terjadi. Meski sejumlah lembaga pendidikan sudah mulai melakukan perbaikan, adanya sejumlah kasus kekerasan di satuan pendidikan merupakan fakta yang tak dapat ditutup-tutupi.?? ? "Apapun justifikasinya kekerasan berdampak pada penumpulan dan pelemahan kualitas anak Indonesia sebagai performa SDM masa depan. Kondisi ini jika dibiarkan, akan melemahkan bangsa dan negara," katanya.

Dalam pendidikan kedisiplinan, kata dia, mengembangkan model pendisiplinan positif dalam pendidikan. Tumbuhkan kesadaran untuk disiplin, bukan disiplin karena takut mendapat hukuman. Dia juga berharap agar anak dipastikan tidak menjadi pelaku dan korban pelonco di satuan pendidikan. Sejumlah penelitian melaporkan, anak menjadi korban "bullying" memiliki korelasi signifikan terhadap lemahnya prestasi belajar.

Dari segi literatur pendidikan, kata Susanto, sebaiknya tidak ada buku yang berkonten kekerasan, sadisme, pornografi dan radikalisme karena konten tersebut berpotensi ditiru oleh anak dan melemahkan kualitas pendidikan.??? "Pastikan juga anak mendapatkan literasi memanfaatkan internet secara sehat. Beragam kasus anak menjadi pelaku kekerasan bahkan kekerasan seksual, tampaknya sebagian dipengaruhi oleh lemahnya literasi internet pada anak," kata dia.

Dia mengatakan anak juga harus terhindarkan dari rokok dan zat adiktif. Karena sangat membahayakan bagi kesehatan anak.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement