REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Jonathan Daughtry, mahasiswa Flinders University antusias saat bercerita mengenai aktifitasnya ketika magang di sebuah sekolah Islam di Yogyakarta. Pasalnya, pada hari kedua, tiba-tiba ia diminta ikut dalam kelas menari tradisional bersama anak-anak.
Awalnya, tentu saja Jonathan merasa canggung, namun ia mengaku sangat senang karena anak-anak di sana mudah akrab dengan orang asing seperti dirinya. Ia juga banyak berbincang dengan kepala sekolah dan guru bimbingan konseling tentang pendidikan yang dijalankan di sekolah.
“Ketika memutuskan mengikuti program ini, saya memang mengharapkan akan banyak menemukan perspektif baru. Dan memang betul, Islam merupakan bagian tak terpisahkan dari masyarakat Indonesia, termasuk dalam hal pendidikan," ungkap mahasiswa Sastra Inggris itu.
Di sekolah, ia menemukan beberapa perbedaan tentang sistem pendidikan di Indonesia dan negerinya. Seperti, pelajaran agama yang wajib diikuti semua siswa baik di sekolah negeri maupun swasta dan pemisahan antara siswa laki-laki dan perempuan.
Sementara itu, Mr. Scott Bradford selaku perwakilan dari Kedutaan Besar Australia sangat mengapresiasi keaktifan mahasiswa Australia dan UII selama mengikuti program. Menurutnya, hal tersebut menjadi tujuan utama beasiswa Colombo Plan yakni menciptakan jembatan komunikasi yang positif antara warga Australia dan Indonesia.
“Saya kira hubungan nyata antara sesama warga kedua negara sama pentingnya dengan hubungan antar pemerintah yang sudah lama terjalin”, tutur Scott.
Direktur Pemasaran, Kerjasama, dan Alumni UII, Hangga Fathana berharap para peserta program dapat terus menjalin komunikasi meski program telah selesai. Sebagaimana tujuan awal program, ia menegaskan, peserta memainkan peranan penting sebagai agen yang menjembatani kesenjangan pemahaman tentang Islam dan budaya di antara kedua negara.
"Jadi komunikasi lanjutan setelah program ini selesai sangat penting," tutur Hangga.