Kamis 04 Aug 2016 14:30 WIB

JK: Pengeras Suara Masjid tak Perlu Terlalu Keras

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Esthi Maharani
Pengeras suara masjid
Foto: courtesy Onislam.net
Pengeras suara masjid

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menyampaikan pentingnya peran umat Islam dalam mempersatukan umat dan masyarakat di Indonesia. Pernyataan JK ini menyinggung kerusuhan yang sebelumnya terjadi di Tanjung Balai, Sumatra Utara.

"Saya mengharapkan Islam mempunyai peran untuk menyatukan umat ini secara baik. Indonesia menyadari hal ini oleh karena itulah indonesia sangat terbuka dan sangat memahami dan memberikan arti persatuan kepada siapapun di negeri ini," kata JK saat memberikan sambutan dalam acara Seminar Internasional "Peran Masjid dalam Menangkal Pemikiran Menyimpang" di Masjid Agung Al Azhar, Jakarta, Kamis (4/8).

Menurut dia, salah satu permasalahan yang masih perlu dibenahi dalam mengelola masjid yakni pengeras suara masjid. Sebab, terdapat lebih dari 800 ribu masjid yang tersebar di seluruh daerah di Indonesia.

"Karena itulah, kadang-kadang suara adzan saling bertentangan akibat begitu banyaknya masjid. Kita bersyukur itu begitu hebatnya, tentu harus menjaga," jelas dia.

Lebih lanjut, JK yang juga menjabat sebagai ketua Umum Dewan Masjid Indonesia, menilai agar pengeras suara tak perlu dinyalakan terlalu keras sehingga tidak mengganggu masyarakat lainnya. Selain itu, JK menambahkan, pembangunan masjid di Indonesia tak dilakukan oleh pemerintah, namun 95 persen masjid dibangun dengan swadaya masyarakat.

"Loud speaker yang selalu saja saya sampaikan bahwa panggilan adzan itu dan pengajian sebelum adzan itu 25 menit, orang akan datang ke masjid. Ndak usah setengah jam, ndak usah terlalu besar karena menggangu siapa saja termasuk mengganggu kita," kata JK.

Seperti diberitakan sebelumnya, terjadi kerusuhan berbau sara di Tanjung Balai yang diduga karena adanya keberatan atas volume adzan yang dikumandangkan di salah satu masjid. Tanpa diduga, informasi itu cepat menyebar dan berujung pada kerusuhan yang berbau sara. Peristiwa itu menyebabkan sembilan rumah ibadah milik umat Buddha rusak.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement