REPUBLIKA.CO.ID, RIO DE JANEIRO— Palestina mengirimkan enam atletnya ke Olimpiade Rio de Janeiro 2016. Di antara enam atlet ini, belum ada satupun yang memenangkan medali di ajang olahraga terbesar dunia ini.
Menurut laporan Imemc, Ahad (7/8), analis olahraga mengatakan hal tersebut tidak mengherankan bagi Palestina. Sebab para atlet Palestina kekurangan fasilitas untuk berlatih dan pembatasan perjalanan yang diberlakukan oleh otoritas militer Israel.
Atlet Palestina tidak hanya dicegah dari bepergian ke luar negeri untuk kompetisi. Namun mereka juga dibatasi untuk berkompetisi dengan sesama atlet Palestina lainnya.
Enam atlet Palestina berjalan saat defile atlet di upacara pembukaan Olimpiade 2016 di Stadion Marcana. Upacara pembukaaan ini telah digelar pada Jumat (5/8) waktu setempat atau Sabtu (6/8) pagi WIB. Tim Palestina mengenakan gaun bordir dan syal Kaffiyeh. Tak ketinggalan, mereka juga melambaikan bendera palestina.
Atlet-atlet tersebut adalah Mayda al-Sayed (atlet marathon wanita), Mary al-Atrash (atlet renang gaya bebas 50m wanita), Ahmed Gebrel (atlet renang gaya bebas 200m pria), Mohammed Abukhousa (atlet lari 100m pria), Simon Yacoub (atlet judo 60 kg pria), dan Christian Zimmermann (atlet equestrian).
Dua atlet perenang yang berpartisipasi dalam Olimpiade menunjukkan tidak ada kolam renang seperti yang digunakan untuk Olimpiade. Meskipun ada banyak kolam renang di Israel, atlet Palestina tidak diperbolehkan untuk menggunakannya.“Karena minimnya fasilitas di Palestina, itu membuat (kami) lebih sulit untuk berlatih dan bertanding,” ujar Al-Atrash.
Al-Atrash dan atlet lainnya berharap partisipasi mereka di Olimpiade membantu meningkatkan kesadaran tentang penderitaan rakyat Palestina. Selain itu, meski mengakui enam atlet tidak semuanya asal Palestina, beberapa dari mereka adalah pengungsi yang tidak bisa kembali ke tanah air karena otoritas Israel.