Jumat 12 Aug 2016 17:00 WIB

Legenda di Balik Keelokan Menara Kalan

Rep: c62/ Red: Agung Sasongko
Masjid Kalan
Foto: ne.jp
Masjid Kalan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kemegahan Masjid Kalan terlihat pada menara masjid yang memiliki 14 pita hias dengan bentuk dan karakter yang berbeda. Menurut legenda setempat, menara Masjid Kalan yang memiliki tinggi bangunan mencapai 47 meter ini dibangun atas permintaan seorang tokoh alim yang dibunuh oleh Arslan Khan akibat pertengkaran.

Setelah terjadi pembunuhan, Arslan Khan menyesal terhadap kejadian itu, dia membela dirinya bahwa peristiwa itu bukan merupakan rencana awalnya dan merupakan kejadian yang tidak disengaja.

(Baca: Masjid Kalan Tertinggi di Asia Tengah)

Setelah beberapa hari merenungi kesalahan, malamnya Arslan Khan didatangi oleh orang alim yang telah dia bunuh. Orang alim itu berkata dalam mimpinya. "Anda telah membunuh saya, sekarang Anda harus meletakkan kepala saya di tempat di mana tak seorang pun bisa melangkahi," pintanya.

Karena merasa bersalah, Arslan Khan menuruti permintaan seorang alim tadi , yaitu dengan membangunkan menara setinggi 47 meter yang terkenal dengan Tower of Death.

Menara itu dibangun tepat di tengah-tengah makam seorang alim tadi. jika melihat tingginya, mungkin menara Masjid Kalan bisa dikatakan tertinggi di Asia Tengah. Menara tersebut memiliki 105 anak tangga yang dapat di akses melalui Masjid Kalan yang mampu menampung  10 ribu jamaah.

Pada perkembangannya, menara Khalan ini sebagai menara pengawas untuk kafilah dagang yang melewati Jalur Sutra. Pada abad ke-18 dan ke-19, menara ini menjadi tempat ekesekusi mati bagi orang-orang yang melakukan tindakan kriminal. "Caranya dengan melemparkan mereka dari atas menara," seperti ditulis situs Sacred-Destinations.

Renovasi

Pernah berulang kali menjalani revonasi. Pernah direhab setelah dirusak oleh Genghis Khan. Perlu waktu 100 tahun untuk memulihkan aktivitas keagamaan di Masjid Kalan itu. Setelah dipugar, Masjid Kalan memiliki beberapa banyak fasilitas dari bangunan sebelumnya.

Salah satu bangunan yang berdiri pascarestorasi itu adalah pos jaga yang berbentuk persegi. Pos ini dihiasi dengan pernak-pernik yang terbuat dari keramik sehingga menambah kesan antik. Selain memiliki fungsi sebagai pos penjagaan, tetapi pos ini merupakan simbol kewaspadaan Bukhara terhadap bangsa Mongol.

Beberapa abad kemudian, pernah direnovasi pada 1514. Akibat penegasian Uni Soviet terhadap entitas agama, maka pada masa Uni Soviet masjid ini diubah menjadi gudang dalam kondisi hancur. Restorasi dimulai pada 1970-an setelah runtuhnya kekuasan Uni Soviet. Masjid ini benar-benar difungsikan kembali sebagai tempat ibadah umat Islam pada 1991.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement