REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengingatkan kenaikan potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) pada puncak musim kemarau 2016. Puncak musim kemarau diperkirakan terjadi sepanjang September mendatang.
Ketua Pusat Data dan Informasi BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, mengatakan puncak musim kemarau dimulai pada Agustus. "Puncak musim kemarau diperkirakan berlangsung hingga September. Jika ditarik berdasarkan potensi karhutla pada tahun sebelumnya, maka puncak potensi karhutla terjadi pada September. Kondisi ini ditandai dengan bertambahnya jumlah titik panas (hotspot)," ujar Sutopo di Jakarta, Jumat (12/7).
Karena itu, pihaknya mengingatkan agar lima daerah rawan karhutla , yakni Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah, meningkatkan kewaspadaan sepanjang September. Beberapa daerah lain seperti Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara dan Sumatra Utara juga diperkirakan juga potensial mengalami karhutla.
Terpisah, Deputi Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Yunus S Swarinoto, mengatakan musim kemarau terjadi sepanjang Agustus hingga Oktober. Kemarau 2016 diperkirakan bersifat basah atau masih banyak terjadi hujan karena pengaruh La Nina.
Karena itu, potensi kemunculan titik panas pun tergantung pada hujan. "Titik panas harian akan nampak banyak saat tidak ada hujan. Sebaliknya, titik panas sangat berkurang saat ada hujan. Contohnya, dalam kondisi saat ini di Kalimantan Barat banyak ditemukan hotspot, sementara Sumatra Selatan dan Riau terpantau sedikit," jelas Yunus.
Melihat kondisi ini, pihaknya memeperkirakan puncak karhutla untuk setiap provinsi berbeda selama musim kemarau 2016. Meski demikian, berdasarkan pemantauan BMKG, ada delapan provinsi yang rawan karhutla. Kedelapan provinsi adalah Jambi, Riau, Sumatra Selatan, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Papua Barat serta Papua.
"Beberapa daerah lain yang punya lahan gambut dan lahan hutan luas juga tetap berpotensi mengalami karhutla," tambah Yunus.