REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Percetakan Alquran Kementerian Agama (Kemenag) tengah menjadi perbincangan hangat. Mantan menteri agama Maftuh Basyumi mengatakan, percetakan itu akan ditutup oleh Kemenag.
(Baca: Mantan Menag Ungkap Matinya Percetakan Alquran Negara).
Tempat penginapan yang sedang ditinggal penghuni. Itulah kesan pertama yang didapat ketika mengunjungi Lembaga Percetakan Al Qur'an milik Kementerian Agama Republik Indonesia di Ciawi, Bogor. Tidak ada aktivitas serius di hampir seluruh lokasi percetakan, yang berada satu area dengan Wisma Ciawi milik Kementerian Agama.
Gerbang depan yang bersebelahan dengan pos petugas keamanan, tampak tertutup. Hanya ada satu atau dua orang petugas yangterlihat bergantian jaga. Pengunjung yang hendak masuk pun, terpaksa harus turun ke bawah dan masuk melalui gerbang Wisma Ciawi, dan sedikit memutar untuk mencapai gedung percetakan Alqur'an.
"Lewat bawah aja," ujar petugas keamanan Lembaga Percetakan Al Qur'an dari dalam pos Wisma Kemenag RI, Senin (15/8).
Sayangnya, gedung bercat hijau yang terpampang logo Lembaga Percetakan Al Qur'an depannya tersebut, ditutup dan tidak terlihat sama sekali petugas yang lalu lalang. Bahkan, tidak terdengar satu pun suara mesin dan kegiatan di dalam gedung, yang menyimpan berbagai peralatan percetakan milik Kementerian Agama tersebut.
Dari dalam kantor Lembaga Percetakan Al Qur'an yang terletak di sebelah gedung percetakan, terlihat cuma ada dua atau tiga orang penerima tamu (resepsionis) yang tampak tidak memiliki banyak kegiatan. Selain itu, hanya ada tiga orang petugas kebersihan tanpa seragam, yang tengah membersihkan daun-daun kering di halaman gedung.
Untuk kendaraan, di depan gedung percetakan memang tampak beberapa mobil dan motor yang terparkir, walau tidak diketahui kendaraan-kendaraan itu milik siapa. Sedangkan, halaman depan Lembaga Percetakan Al Qur'an Ciawi yang ada di gerbang utama, tampak satu unit bis pariwisata yang terparkir yang juga tidak diketahui pemiliknya.
Kendaraan banyak terlihat justru dari Pos Satuan Polisi Pamong Praja, yang kebetulan berada di area Wisma Ciawi yang letaknya tidak begitu jauh dari gedung percetakan. Sayangnya, walau berdekatan dan berada di area yang sama, kegiatan yang ada di sana merupakan aktivitas Satpol PP dan bukan dari Lembaga Percetakan Al Qur'an.
Tidak lama tim Republika sampai di depan gedung percetakan, datang seseorang pria tanpa seragam yang mengaku sebagai petugas keamanan Lembaga Percetakan Alqur'an Ciawi. Hendro, yang juga tidak tampak memakai kartu tanda pengenal, langsung menanyakan maksud dan tujuan kedatangan tanpa mempersilahkan masuk.
Sambil berdiri, perdebatan pun sempat terjadi lantaran tim tidak diperbolehkan masuk untuk meliput, tanpa ada alasan jelas yang dikemukakan oleh pria yang memakai kaos oblong tersebut. Ia juga tidak bisa memberikan jawaban pasti, apakah di dalam gedung percetakan yang sepi tersebut, ada aktivitas yang tengah dilakukan petugas.
"Kita cuma diinstruksikan kalau ada yang datang diarahkan ke Dirjen Bimas Islam di Jakarta," kata Hendro kepada Republika.co.id, Senin (15/4).
Perdebatan itu rupanya cukup mengundang perhatian sejumlah petugas yang berada di lokasi, baik mereka yang ada di dalam kantor maupun yang berada di halaman gedung. Namun, petugas itu pun terus meminta pengertian dari tim untuk tidak memaksakan masuk, lantaran cuma menjalankan perintah dari Kementerian Agama pusat.