REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sosok satu ini memang unik. Tak banyak yang tahu soal dirinya sebelum tiba paruh tahun 2016 ini. Sebelumnya, media massa dalam negeri juga tak banyak yang mencantumkan namanya.
Kalaupun mengandalkan mesin pencari di dunia maya, kita hanya menemukan jurnal atau karya ilmiah yang pernah ia kerjakan. Karir yang ia tempuh murni melalui jalur profesional di bidang minyak dan gas bumi (migas).
Setelah lebih dari 20 tahun menetap di salah satu negara bagian paling ujung selatan Amerika Serikat, Texas, dia akhirnya memilih kembali ke tanah air untuk mengabdi. Tak main-main, yang memintanya kembali adalah orang nomor satu di negeri ini, Presiden Jokowi.
Ia lah Arcandra Tahar, sosok yang kini menduduki posisi sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Selepas pelantikan menteri-menteri baru dalam Kabinet Kerja pada 27 Juli lalu, Arcandra menjadi salah satu sosok yang paling dikejar media. Namun ia tak lantas jumawa.
Tahu dirinya sangat dinanti untuk menyampaikan keputusan-keputusan sensitif di sektor energi, ia justru memilih menepi dari kejaran media. Padahal, banyak sekali pekerjaan rumah di bidang migas, mineral dan batu bara, ketenagalistrikan, serta energi baru terbarukan yang menunggu untuk ia rampungkan.
Namun akhirnya ia buka suara, ia mengaku mengerem untuk memberikan pernyataan justru karena posisinya sebagai menteri. Ia memilih diam lantaran ia sadar, apapun jawaban yang keluar dari mulutnya memiliki implikasi besar terhadap pasar.
Sosok menteri satu ini selain dikenal cerdas di bidang offshore engineering juga dikenal piawai dalam menjalankan bisnis. Candra sempat menjadi bos di sejumlah perusahaan migas yang berkedudukan di Houston, Texas, AS.
Pemikirannya soal pengembangan Blok Masela di Maluku sempat membuat Presiden Jokowi menariknya untuk kembali ke Indonesia. Namun siapa sangka, Candra yang bergelar doktor dari kampus ternama di AS sekaligus pimpinan sebuah perusahaan yang bergerak di dunia migas, memiliki pekerjaan sampingan yang ia lakoni sejak 2006 lalu.