REPUBLIKA.CO.ID, SIRTE -- Pasukan Libya mengambil salah satu distrik terakhir yang dikuasai oleh Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), Selasa (16/8). Mereka berjuang dalam melewati sejumlah bom mobil dan penembak jitu yang disiapkan oleh kelompok militan tersebut.
Pasukan pemerintah yang didukung oleh PBB tersebut selama tiga bulan terakhir telah melancarkan serangan untuk merebut kembali seluruh wilayah Sirte. Kota tersebut telah menjadi basis ISIS di Afrika.
Sejak 1 Agustus lalu, kemajuan pasukan Libya meningkat pesat dalam menghadapi ISIS. Hal ini juga disebut karena adanya dukungan serangan udara dari Amerika Serikat (AS).
Pasukan Libya pekan lalu melaporkan telah mengamankan wilayah di Selatan Sirte. Pertempuran kemudian berlanjut ke distrik utama tersebut hingga menuju pusat kota.
"Lingkungan nomor dua telah berada di bawah kendali kami dan segera nomor satu yang terletak di jantung Sirte juga akan kami kuasai," ujar juru bicara pasukan Libya, Rida Issa, dilansir Reuters, Selasa (16/8).
Sebelum mencapai lingkungan nomor dua, Issa mengatakan empat bom mobil telah dihadapi pasukan. Kekuatan ISIS dinilai telah mulai melemah di negara itu, termasuk wilayah Timur Tengah lainnya.
ISIS menguasai Sirte sejak tahun lalu dan menjadikan kota itu sebagai basis utama di Libya. Kontrol di wilayah tersebut terus meluas hingga sekitar 250 kilometer atau 155 mil dari pantai Mediterania. Setidaknya 80 ribu penduduk yang menetap di kota itu telah melarikan diri.