REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Serbia menahan lebih dari 3.000 pendatang gelap yang memasuki negara itu dalam sebulan. "Sejak 22 Juli, Pasukan Bersama Tentara Serbia dan Kementerian Dalam Negeri berhasil menghadang 3.112 orang, yang berusaha melintasi perbatasan negara secara gelap," kata juru bicara Kementerian Pertahanan Serbia Jovan Krivokapic dalam pernyataannya.
Dua orang ditangkap semalam di Serbia selatan karena mereka berusaha menyelipkan 30 pendatang melintasi perbatasan. Setelah memasuki Serbia, sebagian besar pendatang terdampar karena anggota Uni Eropa, Hungaria, di perbatasan wilayah utara memangkas dalam jumlah besar pendatang hingga mencapai 30 orang per hari pada bulan Juni yang menyebabkan terjadinya jalur leher botol (penyempitan).
Menurut komisariat pengungsi Serbia, sekitar 4.000 pendatang telah berada di negara itu, Kamis, sekitar tiga
perempat dari mereka berada di pusat-pusat pengungsian yang dikelola pemerintah. Sisanya, baik yang mencari perlindungan di taman Ibu Kota
Beograd maupun yang sedang menunggu masuk ke Uni Eropa, berada di penampungan di Horgos dan Kelebija, yang berbatasan dengan Hungaria. Selama tahun ini lebih dari 100.000 orang yang telah memasuki Serbia sedang berupaya menuju Uni Eropa. Lebih dari 650.000 orang melalui Serbia tahun lalu.
Lebih dari satu juta orang melarikan diri dari peperangan dan kemiskinan di Timur Tengah, Afrika, dan dari mana saja tiba di Uni Eropa tahun lalu, mayoritas dari mereka meminta suaka di Jerman.
Kesepakatan Uni Eropa dengan Turki pada bulan Maret lalu menghentikan aliran pendatang melalui lautan dari negara tersebut, namun aliran masuk masih terus berlangsung dengan berbagai cara, terutama melalui lautan dari Libya menuju Italia.
Hampir dari 200.000 orang, yang tertahan di Italia dan Yunani, bisa mengalir ke arah utara akibat penutupan perbatasan dan secara umum tidak terlihat, tidak seperti tahun lalu.