REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Puluhan orang menggelar aksi damai di sekitar kompleks Tugu Tani, Jakarta Pusat, Sabtu (20/8). Mereka berasal dari peserta Sekolah Hak Asasi Manusia (Sehama) dari Komisi Untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (KontraS). Aksi tersebut digelar berkaitan dengan momentum HUT RI ke-71 tahun.
Menurut Koordinator aksi damai, Anggar, aksi ini merupakan bentuk refleksi untuk kembali mengingatkan publik soal belum terpenuhinya pemenuhan HAM oleh negara. Pemenuhan HAM ini pun belum sepenuhnya terlaksana hingga, padahal Indonesia sudah merdeka sejak 71 tahun silam.
Anggar menambahkan, meski Indonesia sudah merdeka namun masih terjadi sejumlah pelanggaran HAM dan belum selesainya sejumlah kasus pelanggaran HAM berat. Kasus-kasus pelanggaran HAM berat seperti peristiwa 1965, penculikan aktivis mahasiswa pada 1998, peristiwa tanjung priok, dan kekejaman operasi militer di Aceh dan Papua.
Selain itu, lanjut Anggar, masih banyak kasus pelanggaran HAM yang saat ini masih terjadi, seperti adanya konflik agraria antara petani dengan TNI AU di Rumpin, Kabupaten Bogor. Pun dengan adanya pengabaian hak-hak buruh dan nasib-nasih nelayan yang terkena penggusuran di muara Angke.
"Aksi ini digelar sebagai refleksi 71 tahun kemerdekaan RI, yang mana selama ini pemenuhan HAM belum terlaksana dan masih ada pelanggaran HAM berat di masa lalu yang belum terselesaikan," ujar Anggar di Tugu Tani, Jakarta Pusat, Sabtu (20/8).
Dalam aksi tersebut, para peserta memegang kertas yang merangkai kata 'Masih Berjuang'. "Masih berjuang mengingatkan kami untuk terua memelihara ingatan dan semangat dalam perjuangan menuntut kehadiran negara dalam pemenuhan HAM," kata Anggar.
Aksi ini berlangsung selama kurang lebih satu jam. Selain orasi, aksi damai ini juga diisi oleh aksi teatrikal dan pembacaan puisi. Aksi damai ini merupakan puncak dari kegiatan Sehama yang dilakukan oleh KontraS selama tiga pekan.
Menurut penanggung jawab program Sehama dari KontraS, Mulki Makmun, program Sehama ini merupakan program rutin yang dilakukan oleh KontraS. Selain memberikan kuliah soal HAM secara teoritis, KontraS juga mengajak para peserta Sehama untuk terjun langsung dan melakukan observasi lapangan terkait kasus-kasus pelanggaran HAM.
"Jadi pada tahun ini fokusnya adalah pemenuhan HAM di bidang ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat," kata Mulki.
Lebih lanjut, Mulki menambahkan, para peserta Sehama merupakan mahasiswa aktif dari berbagai wilayah, mulai dari Aceh hingga Papua. "Pada tahun ini setidaknya ada 30 peserta yang mengikuti program Sehama," tutur staf riset KontraS tersebut.