REPUBLIKA.CO.ID, KARO -- Abu vulkanik gunung Sinabung masih menyelimuti Berastagi, Karo, Ahad (28/8). Abu ini merupakan hasil erupsi yang terjadi terus menerus dalam beberapa hari terakhir dan terbawa angin.
Abu yang cukup tebal tampak menyelimuti jalanan dan kendaraan yang terparkir di kota wisata ini. Tanaman yang ada di jalan-jalan pun menjadi putih tertutup abu.
Untuk menghilangkan abu ini, mobil tangki air dikerahkan untuk menyirami jalan-jalan, kendaraan dan tanaman di siang hari. Siraman air ini juga cukup membantu mengurangi abu yang berterbangan di udara dan mengganggu jarak pandang pengendara.
"Debu Sinabung ini terbawa angin ke arah timur, sehingga hujan abu ke arah Berastagi," kata Ketua Tim Tanggap Darurat Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Sinabung Igan Sutawijaya, Ahad (28/8).
Terkait masih tebalnya abu vulkanik yang dibawa angin ini, Igan mengimbau masyarakat untuk selalu menggunakan masker saat berada di luar ruangan. Hal ini penting dilakukan mengingat abu vulkanik cukup berbahaya jika terus-terusan terisap dan bersarang di paru-paru manusia. Jika terus terpapar, maka manusia berpotensi mengalami iritasi pada saluran pernapasan.
"Kalau masih ada debu pakailah masker sederhana yang terbuat dari kasa itu. Karena abu itu mengandung silika yang susah larut dalam cairan di tubuh sehingga akan mengendap selamanya di dalam tubuh kalau terisap," jelas Igan.
Aktivitas vulkanik gunung Sinabung di Karo, Sumut terpantau masih tinggi. Erupsi dan awan panas guguran terus terjadi sejak tanggal 24 hingga 26 Agustus. Gempa guguran juga terekam masih tinggi.
Meski begitu, Igan menyebut, aktivitas vulkanik Sinabung perlahan mulai menurun sejak tanggal 26 Agustus hingga hari ini. "Awan panas tidak ada sejak tanggal 26. Hari ini pun tampak masih tenang, tidak banyak kegempaan yang siginfikan. Itu menunjukkan kondisi Sinabung mudah-mudahan menurun terus dan tenang," kata Igan.