REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Cuaca Jakarta dan kota sekitarnya kembali digelayuti hujan serta awan mendung beberapa hari terakhir. Sejumlah Jabodetabek bahkan telah kebanjiran akibat derasnya hujan.
Bencana banjir ini, menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho dianggap belum seberapa jika dibandingkan dengan tahun 2007 lalu. Padahal, masyarakat menganggap banjir yang melanda wilayahnya sudah cukup membuat mereka repot karena harus mengungsi dan menyelamatkan barang-barang berharga mereka ke tempat yang lebih aman.
"Kondisi alam yang masih sama seperti ini serta ancaman lain seperti bertambahnya jumlah penduduk, degradasi semakin meningkat dan lain sebagainya membuat Jakarta terus dilanda banjir. Makanya pak Ahok bilang, 'kok banjir pindah-pindah?' ini salah, bukan pindah tapi penanganannya belum tuntas termasuk dalam pelaksanaan normalisasi sungai," kata Sutopo di Jakarta.
Menurut Sutopo, upaya dalam menormalisasikan sungai Jakarta pun masih memiliki kendala tersendiri seperti masih banyak warga yang enggan direlokasi. Padahal, untuk kali Krukut sendiri apabila warganya mau direlokasi akan menyumbang wilayah perluasa sekitar 5-10 meter. Belum lagi kondisi sungai yang dangkal akibat penumpukan sampah dan lumpur, yang tentu memerlukan waktu untuk proses pengerukannya.
Dengan kondisi seperti ini, bencana banjir sudah pasti tidak dapat dihindari lagi. Lalu, apakah yang dapat dilakukan Pemprov DKI untuk sementara waktu? Sutopo mengungkapkan, sejauh ini yang dapat dilakukan hanya menggunakan sistem pompa air guna membantu banjir atau air yang menggenang segera terbuang ke sungai.
"Tapi sistem pompa air ini tetapi tidak bisa maksimal, Jakarta diperkirakan masih akan tetap banjir sebab jika menilik ilmu hidrologi dengan curah hujan tinggi, daya serap air semakin berkurang dan sistem drainase tidak berjalan maksimal tentu saja banjir tidak bisa dihindari lagi," ungkapnya.
Perlu diketahui, jika hujan terus melanda Ibu Kota dan penanganan yang ada belum maksimal sekitar 80 persen wilayah Jakarta akan tergenang banjir. Itu berarti jika intensitas air hujan yang jatuh ke permukaan sebanyak 1 juta m3, maka akan ada 800 ribu m3 menjadi aliran permukaan yang menyebabkan banjir dan genangan.
Jadi dengan kondisi tersebut, secara garis besar drainase dan sungai yang ada di Jakarta tetap tidak mempu mengalirkan air dan menjadi sumber resapan. Maka, diharapkan normalisasi sungai dapat segera selesai dikerjakan dengan baik sehingga masalah banjir Jakarta tidak lagi menjadi 'langganan' para warganya.