REPUBLIKA.CO.ID,PARIS -- Perdana Menteri Prancis Manuel Valls menarik pernyataan dirinya yang menyebut bahwa perempuan bertelanjang dada lebih mewakili kesan Prancis dibandingkan dengan jilbab. Hal ini muncul setelah negara itu mengeluarkan aturan kontroversial tentang larangan penggunaan burkini, baju olahraga khususnya untuk berenang yang menutup badan hingga kepala.
Dalam sebuah kampanye pemerintah, Valls mengatakan di hadapan banyak orang mengenai lukisan perempuan bernama Marianne yang bertelanjang dada. Menurutnya, gambar itu mereprentasikan kebebasan, yang jauh lebih sesuai dengan prinsip Prancis.
"Marianne memiliki payudara karena ia memberi makan banyak orang. Dia tidak menggunakan jilbab dan terselubung, karenanya ia bebas, itulah gambaran sebuah republik," ujar Valls dilansir The Guardian, Selasa (30/8).
Kesimpulan yang dinyatakan oleh Valls, bahwa perempuan bertelanjang dada adalah simbol Prancis menuai kritikan keras dari banyak pihak. Mulai dari politisi, hingga sejarawan, dan kaum feminis merasa bahwa tidak seharusnya lukisan itu menjadi gambaran sebuah negara.
Sejarawan Mathilde Larrere mengatakan bahwa lukisan Marianne yang bertelanjang dada adalah sebuah kiasan. Bahkan, itu merupakan sindiran klasik yang menggambarkan sejarah revolusi Prancis.
Banyak pertanyaan yang datang dari sejarawan mengenai pemahaman Valls terhadap sejarah Prancis. Sosok Marianne memang pernah secara resmi menjadi simbol Prancis pada 1848, setelah pemerintahan monarki jatuh.
Politisi Cecile Duflot mengatakan pujian Valls terhadap gambar Marianne dengan dada terbuka adalah hal yang menyedihkan. Menurutnya, itu menggambarkan situasi di mana beberapa politisi Prancis saat ini yang dengan mudah memandang rendah perempuan.