REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Warga yang bermukim di RT 08/ RW 04 Rawajati Barat, Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan masih bertahan. Meskipun tempat tinggal mereka digusur oleh petugas Satpol PP, Kamis (1/9) pagi tadi.
Mereka terpaksa tidur di tenda yang didirikan di trotoar depan bekas bangunannya yang digusur. Namun ada juga warga mulai mengangkut barang-barangnya menggunakan mobil terbuka.
Agus (43 tahun) misalnya menjadi salah satu warga yang masih bertahan di lokasi penggusurab. Aksi bertahan itu dilakukannya dengan melibatkan istri dan satu anaknya istirahat di tenda sederhana yang didirikannya."Anak saya tiga, dua saya ungsikan ke saudara, histeris melihat rumahnya digusur," kata Agus kepada republika, Kamis (1/9) tengah malam.
Agus mengaku sudah 18 tahun menetap di Rawajati. Sehari-hari Agus bekerja sebagai driver ojek online. Sementara istrinya berjualan es buah.
Agus berharap pemerintah Provinsi DKI Jakarta menepati janjinya yang akan memindahkan warga tidak jauh dari bangunan yang digusur. Warga, kata Agus, keberatan untuk pindah jika harus ke Rusun Marunda di Jakarta Utara.
"Jauh, anak sekolahnya di sini," ujarnya.
Dalam aksinya itu Agus juga tengah memikirkan untuk mencari rumah kontrakan dekat lokasi penggusuran. Meskipun dirasa berat karena harus pula membiaya tiga anaknya yang masih sekolah.
Sementara Udin (43) warga lainnya yang rumahnya juga tergusur mengaku sudah tinggal di Rawajati sejak 1992 silam. Waktu itu, Udin membeli tanah di daerah tersebut senilai Rp 19 juta.
Tanah tersebut dibeli dari turun-temurun keluarganya. Sama seperti warga lainnya, Udin menginginkan rusun yang disiapkan Pemprov DKI tidak jauh dari lokasi penggusuran."Harapannya segera ganti rugi," tuturnya.
Lelaki asal Pemalang itu mengaku yang memiliki tiga anak yang kini duduk dibangku kelas 1 dan 3 SMA serta satu kelas 4 SD. Sehari-hari Udin berjualan mie dan bakso di rumahnya. Tak seperti Agus, dia mengaku belum bisa memikirkan rencana ke depan pascapenggusuran.