Jumat 02 Sep 2016 10:35 WIB

Dewan Minyak Sawit RI-Malaysia Mulai Jalan 2017

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: Nidia Zuraya
Buah Kelapa Sawit dan minyak yang dihasilkan (ilustrasi)
Foto: INHABITAT.COM
Buah Kelapa Sawit dan minyak yang dihasilkan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah telah menginisiasi pembentukan Dewan Negara-negara Penghasil Minyak Sawit atau Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) awal 2016. CPOPC dibentuk dua negara antara Indonesia-Malaysia dengan tujuan mengendalikan harga minyak sawit global dan meningkatkan manfaat dari industri sawit.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, keberdaan CPOCP diharap mampu mendorong perkembangan negara yang memproduksi minyak sawit. Bukan hanya sekedar memproduksi dan menjual sawit, negara yang masuk dalam CPOCP akan didorong untuk memiliki green economic zone di kawasan perkebunan sawit.

"CPOCP sudah pasti akan memberikan nilai tambah bagi Indonesia. Makanya kita akan dorong terus pembentukan dan berjalannya CPOCP," kata Airlangga di gedung DPR, Kamis (1/9).

Airlangga menjelaskan, melalui organisasi ini pemerintah Indonesia juga bakal bekerja sama saling tukar pemikiran sehingga minyak sawit yang dihasilkan bisa dikembangkan misalnya dalam penggunaan bakan bakar biodiesel dari minyak sawit. Sebagai kantor utama, CPOCP akan bertempat di Indonesia. Hal ini dilakukan karena Indonesia saat ini menjadi negara yang menghasilkan CPO paling besar.

Dirjen Industri Agro Kemenperin Panggah Susanto mengatakan, organisasi CPOCP akan berjalan mulai Januari 2017. Saat ini pihaknya terus melakukan koordinasi dengan pihak Malaysia untuk menyiapkan sejumlah program unggulan untuk bisa dijalankan bersama. Mulai bulan Agustus hingga Desember kedua negara mulai memberikan masukan agar organisasi ini mampu memberikan manfaat melalui industri sawit

CPOCP rencananya akan dipimpin oleh orang Indonesia sebagai direktur eksekutf. Sedangkan di bawahnya akan ada beberapa orang yang membantu baik dari perwakilan Malaysia maupun Indonesia. Beberapa program diantaranya yakni standarisasi industri sawit mulai dari perkebunan sawit hingga kondisi pengolahannya.  Ada juga program terkait pembinaan petani sawit yang diarahkan mendapat kesejahteraan setara.

"Kita juga kerja samakan mengenai manajemen stok pada minyak sawit sehingga harga yang dijual di pasaran bisa stabil. Meskipun ada fluktuasi perubahannya tidak terlalu cepat dan besar," ungkap Panggah.  

Dia menambahkan, kerja sama untuk menjaga kestabilan harga minyak sawit sebenarnya telah dilakukan bersama, tapi melalui organisasi CPOCP kerja sama tersebut bakal lebih terorganisir.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement