REPUBLIKA.CO.ID, DAVAO -- Presiden Filipina Rodrigo Duterte mendeklarasikan pada Sabtu (3/9) bahwa Filipina dalam keadaan ‘state of lawlessness’ demi melawan terorisme dan memperkuat kampanye melawan perdagangan narkoba ilegal.
Seperti dilansir dari Reuters, deklarasi tersebut diungkapkannya setelah ledakan di sebuah pasar menewaskan 14 orang di kota asalnya Davao saat ia berkunjung di sana.
Duterte, yang pernah menjadi walikota Davao selama lebih dari dua dekade mengatakan, polisi dan militer akan melipatgandakan upaya untuk menghancurkan kejahatan terorisme, obat-obatan dan pemberontakan.
"Saya harus menyatakan keadaan ‘state of lawlessness’, ini bukan pernyataan darurat militer," kata Duterte kepada wartawan setempat.
Menurut Duterte, deklarasi ini merupakan upayanya melindungi Filipina dari tindakan anarkis, "Keadaan ini akan memerlukan bantuan seluruh warga serta koordinasi yang baik dari militer dan polisi,” katanya. “Saya punya kewajiban ini untuk melindungi negara ini,” tambah Duterte.
Baca juga, Ledakan Davao, Duterte Salahkan Abu Sayyaf.
Kepolisian Filipina mengatakan. belum ada yang mengaku bertanggung jawab atas ledakan Jumat lalu (2/9) di luar sebuah hotel mewah yang mengakibatkan tewasnya 14 orang dan melukai 67 lainnya.