REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Kalimantan Barat (BPBD Kalbar), ATT Nyarong mengatakan pihaknya mewaspadai potensi kebakaran lahan gambut pada puncak musim kemarau tahun 2016. Tercatat ada 150 desa yang memiliki lahan gambut rawan terbakar.
"Pembakaran lahan gambut tetap dilakukan. Kami antisipasi adalah potensi ketika merembet menjadi kebakaran yang lebih besar. Karena itu, kami informasikan kepada para kepala daerah agar memantau pembakaran lahan," ujarnya saat dihubungi Republika.co.id, Ahad (4/9).
Nyarong mengungkapkan ada tiga kabupaten dengan jumlah titik lahan gambut tertinggi. Ketiganya yakni Kabupaten Ketapang, Kabupaten Bengkayang dan Kabupaten Kubu Raya.
Di ketiga kawasan tersebut, rata-rata terdapat lebih dari 20 bidang lahan gambut. Bahkan, di Kabupaten Ketapang tercatat ada 48 bidang lahan gambut. Menurutnya motif pembakaran lahan gambut sama dengan pembakaran lahan mineral, yakni keperluan membuka lahan.
"Masyarakat masih banyak yang bermatapencaharian berladang. Di musim kemarau seperti ini, membuka ladang sangat memungkinkan," katanya.
Sementara itu, kebakaran lahan mineral di Kalbar diklaim telah berhasil padam secara maksimal. Nyarong mengatakan, bantuan peralatan dari pusat kini mulai difokuskan untuk antisipasi kebakaran lahan gambut.
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan puncak musim kemarau 2016 jatuh pada September. Fenomena La Nina diprediksi menguat pada Oktober sehingga menyebabkan kondisi kemarau yang lebih basah hingga akhir tahun.
Sementara itu, berdasarkan pantauan citra satelit Himawari, sebaran asap belum terdeteksi di Sumatera maupun Kalimantan.