REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika mengatakan satelit mendeteksi 29 titik panas di wilayah Pulau Sumatra, dengan tingkat kepercayaan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di atas 50 persen.
"Titik panas terdeteksi bertambah di Sumatra. Akan tetapi, tidak signifikan atau dari 27 titik kemarin (3/9), jadi 29 titik hari ini," jelasnya Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Pekanbaru Slamet Riyadi di Pekanbaru, Ahad (4/9).
Hal tersebut diutarakannya setelah melihat sebaran titik panas di Sumatra bersumber dari rilis Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) berdasarkan pantauan sensor modis pada citra satelit milik NASA yakni Aqua dan Terra.
Ia mengungkapkan bahwa titik panas itu tersebar pada tiga provinsi, yakni Sumatra Selatan terdeteksi 13 titik; Bangka Belitung terpantau sembilan titik; dan Lampung tujuh titik.
Untuk di Riau, kata dia, dalam beberapa hari terakhir dinyatakan nihil atau tidak terpantau menyusul turun hujan dengan intensitas ringan hingga sedang, terutama terjadi wilayah pesisir.
Slamet mencontohkan pada hari Sabtu (3/9), daerah Tembilahan di Kabupaten Indragiri Hilir terpantau hujan dengan volume 13,1 milimeter (mm), lalu di Kota Dumai 7,5 mm dan Selat Panjang di Kepulauan Meranti 0,4 mm.
"Dengan turunnya hujan, secara otomatis potensi karhutla di lahan maupun hutan bergambut bisa dicegah. Air hujan yang turun lebih efektif padamkan titik-titik api sampai ke dasar gambut itu sendiri," ucapnya.
Sebelumnya, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar mengatakan bahwa saat ini kebakaran hutan dan lahan terjadi lagi pada sejumlah wilayah di Tanah Air. Namun, tidak separah jika dibandingkan dengan kejadian pada tahun 2015.
Jumlah titik panas, kata Siti, tercatat secara nasional berkurang 70 hingga 90 persen dari periode yang sama tahun lalu, yakni dari 8.247 menjadi 2.356 titik.
Penurunan titik panas tersebut terjadi di Riau dan Kalimantan Tengah. Pada tahun 2015, terdapat 1.292 titik panas di Riau. Di provinsi tersebut baru tercatat 317 titik pada tahun ini.
Di Kalimantan Tengah, dari 1.137 titik panas tahun lalu, turun menjadi 56 titik panas pada tahun 2016. "Penurunan titik panas tidak lepas dari upaya tiada henti tim terpadu di lapangan," katanya.