REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyak makna yang bisa diajarkan orang tua dari peringatan Hari Raya Idul Adha. Namun orang tua harus memilih cara tepat menyampaikan makna di balik Idul Adha kepada anak, khususnya yang berusia lima hingga sembilan tahun.
Anak perlu diajarkan bahwa Allah SWT Maha Pengasih dan sumber dari kehidupan. "Harus diyakini bahwa apa yang dilakukan Nabi Ibrahim ke Nabi Ismail bukan untuk membunuh, melainkan mempercayakan anaknya ke Tuhan," ujar pakar pendidikan Doni Koesoema kepada Republika.co.id, Kamis (8/9).
Dia menyebut apabila Nabi Ibrahim tidak percaya kepada Allah SWT, maka beliau enggan melakukan perintah menyembelih anaknya. Lewat peristiwa antara Ibrahim dan Ismail, orang tua mengajarkan arti penting Tuhan, kehidupan, dan menjaga lingkungan.
Doni menyarankan peristiwa penyembelihan Ismail lebih baik hanya diceritakan sekilas saja. Sebaliknya, orang tua harus menekankan berulang kali bahwa peristiwa tersebut terjadi karena Allah SWT sangat mencintai hamba-Nya sehingga mengganti tubuh Ismail dengan seekor kambing. Idul Adha juga mampu mengajarkan anak agar taat pada orang tuanya.
Sebaiknya mulai ceritakan ke anak tentang bagaimana kuatnya iman Nabi Ibrahim dan meyakini bahwa Allah-lah satu-satunya sumber kehidupan. Terbukti, Ibrahim mau mengorbankan hal-hal berharganya, bahkan anaknya demi keimanan kepada Allah SWT.
Makna lainnya adalah orang tua harus punya sikap sayang ke anak. Itu menjadi salah satu keteladanan dari Ibrahim. Orang tua pun harus memberikan contoh berbagi secara tulus. Pelajaran itu bisa dipetik dari pembagian daging saat Hari Raya Kurban.
"Mereka belajar berbagi rezeki dan kebahagiaan. Saat anak-anak mau berbagi, mereka akan memberikan yang baik ke orang lain," kata Doni.
