Kamis 08 Sep 2016 19:00 WIB

Geliat Islam di Liberia

Umat Muslim di Liberia sedang sembahyang berjamaah di lapangan
Foto: AP
Umat Muslim di Liberia sedang sembahyang berjamaah di lapangan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seperti halnya negara Afrika lainnya, Liberia pernah dilanda perang saudara. Perlahan, negeri di Subsahara Afrika ini pun bangkit. Umat Islam bagian dari kebangkitan itu.

Populasi Muslim di Liberia bukanlah mayoritas. Data Lembaga Riset Pew Forum on Religion and Public Life mencatat, jumlah umat Islam di negara tersebut mencapai 12.2 persen. Data lainnya, menurut International Religious Freedom Report USA, populasi Muslim mencapai 20 persen.

Secara umum, etnis Liberia yang banyak memeluk agama Islam di antaranya etnis Vai, Mandingo, Gbandi, dan Kpelle. Keragaman Islam di Liberia amat tergantung dari wilayah tempat tinggal. Sebagaimana di Indonesia, warga pedesaan cenderung menerapkan Islam konservatif. Sedangkan, di kawasan perkotaan yang modern, Muslim cenderung sekuler. Islam di Liberia pun dipengaruhi keberadaan Islam di negara-negara tetangga seperti Mali, Senegal, Gambia, dan lain sebagainya.

Meski berada dalam posisi minoritas, Muslim Liberia dapat menjalankan aktivitas ibadah dengan bebas tanpa hambatan. Tak hanya masjid yang mereka miliki, fasilitas lain juga mereka peroleh seperti sekolah dan universitas Islam.

Setiap tahunnya, tak sedikit Muslim Liberia yang pergi ke Tanah Suci untuk menunaikan ibadah haji. Patut dicatat, banyak bantuan dari negara-negara Islam untuk warga Muslim Liberia agar mereka dapat menunaikan Rukun kelima Islam. Di jaringan televisi nasional pun, program-program keislaman mendapat hak untuk disiarkan.

Muslim Liberia juga dapat merayakan hari raya dengan leluasa dan gembira. Terlebih, pemerintah menetapkan hari raya umat Islam sebagai hari libur nasional. Khusus untuk hari raya, Muslim Liberia memiliki keunikan sendiri: Hari al-Tabaski, demikian sebutan untuk perayaan hari besar Islam, baik Idul Fitri, Ramadhan, dan Idul Adha.

Selama bulan Ramadhan, Muslimin Liberia umumnya enggan mendengarkan musik-musik modern. Mereka berpendapat, mendengarkan musik di bulan suci merupakan kegiatan yang menyimpang dari ruh keberkahan bulan Ramadhan. Karena itu, setiap Ramadhan tiba, mereka beralih ke tembang-tembang religi seperti nasyid yang berisi puji-pujian kepada Allah. Alat musik yang dimainkan pun terbuat dari kayu.

Seiring dengan kehidupan Muslim Liberia yang damai, jumlah masjid pun bisa dibilang cukup banyak. Masjid-masjid itu beberapa di antaranya tergolong megah, tersebar di berbagai penjuru negeri. Arsitektur khas Liberia berpadu dengan gaya Arab membuat masjid-masjid di sana begitu memesona. Sayangnya, beberapa masjid rusak parah saat perang saudara mengoyak negara ini. Beruntung, upaya perbaikan segera digalakkan setelah perang usai.

Saat ini, belum terdapat wakil Islam yang duduk di kursi pemerintahan. Namun, upaya ke arah itu sedang dilakukan mengingat Islam merupakan salah satu agama besar di negara yang pernah menjadi sekutu Libya tersebut. Hanya saja, ketegangan antarumat beragama masih sering terjadi dan memicu konflik sosial.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement