Jumat 16 Sep 2016 14:12 WIB

Sanofi Pasteur Produksi Vaksin DBD Pertama di Indonesia

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Andi Nur Aminah
Vaksin Campak (ilustrasi)
Foto: topnews.in
Vaksin Campak (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyetujui vaksin dengue tetravalen milik Sanofi Pasteur untuk diproduksi dan diedarkan di daerah endemik demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia. Pesetujuan vaksin dengue di Indonesia ini merupakan pendaftaran kedua di Asia dan ketujuh di dunia.

Vaksin dengue milik Sanofi Pasteur telah disetujui sebelumnya di Meksiko, Brasil, El Savador, Costa Rica, Filipina, dan Paraguay. Ketua Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI), Sri Rezeki S Hadinegoro menyambut baik persetujuan vaksin ini yang dinilainya tepat waktu. Dengue merupakan penyakit hiperendemik di Indonesia.

"Hingga April 2016, ada lebih dari 80 ribu kasus dengue tercatat di Indonesia, melonjak 39 persen dibanding periode sama tahun lalu," katanya dalam pernyataan tertulis kepada Republika.co.id Jumat (16/9).

Demam berdarah di Indonesia, Sri Rezeki mengatakan menimbulkan beban ekonomi mencapai 323 juta dolar AS per tahun atau setara Rp 4,25 triliun. Angka ini merupakan tertinggi di dunia. "Persetujuan vaksin dengue ini memberi kita akses terhadap cara pencegahan inovatif untuk mengendalikan penyebarannya dan memperkuat sinergi pengendalian dengue di masa mendatang," katanya.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menerbitkan position paper atas vaksin dengue sejak 29 Juli 2016. Isinya merekomendasikan negara-negara endemik DBD, termasuk Indonesia untuk mengenalkan vaksin dengue milik Sanofi Pasteur sebagai bagian dari pencegahan terintegrasi. Ini termasuk di dalamnya pengendalian vektor dan mobilisasi masyarakat.

Medical Affairs Sanofi Pasteur untuk Asia dan Japan Pacific, Anh Wartel menambahkan WHO telah menetapkan tujuan untuk mengurangi angka kematian akibat DBD di negara-negara endemik sebesar 50 persen dan morbiditas hingga 25 persen pada 2020. "Persetujuan di Indonesia sebagai negara kedua yang akan memproduksi vaksin ini membuktikan bahwa kami bergerak cepat membuat dengue sebagai penyakit yang bisa dicegah melalui vaksinasi di negara-negara dengan beban penyakit tinggi," katanya.

Sebanyak 70 persen populasi dunia yang berisiko terkena dengue, kata Wartel berada di Asia. Penyedia pelayanan kesehatan di Indonesia sekarang juga memiliki akses terhadap alat pencegahan klinis pertama.

Dengue terparah, yaitu dengue haemorrhagic fever (DHF) pertama kali ditemukan di Indonesia, tepatnya di Jakarta dan Surabaya pada 1968. WHO melaporkan Indonesia menjadi negara dengan kasus DBD tertinggi di dunia sepanjang 2004 dan 2010 setelah Brasil dengan rata-rata kejadian di atas 129 ribu kasus per tahun.

Meski demikian, kasus DBD yang dilaporan di Indonesia masih kurang lengap. Ini akibat prosedur pelaporan efikasi berbeda antara satu provinsi dengan provinsi lainnya. Model studi kartografis pada 2013 memperkirakan bahwa 7,6 juta infeksi demam berdarah diperkirakan terjadi di Indonesia pada 2010 dan sebagian besar kasusnya tidak dilaporkan. Jumlah pelaporan kasus DBD meningkat lebih dari 100 ribu dan 907 kematian.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement