REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perindustrian (Kemenperin) optimistis penurunan harga gas industri berdampak positif bagi perekonomian tanah air. Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto berharap kondisi tersebut mendorong daya saing pertumbuhan industri, meningkatkan penyerapan tenaga kerja, dan menghemat devisa negara.
"Dengan turunnya harga gas, sektor industri unggulan bisa tumbuh maksimal," kata Airlangga dalam diskusi bersama Forum Wartawan Industri di Kantor Kemenperin, Jakarta, Kamis (22/9).
Ia melanjutkan dampak lainnya yakni mendukung pengembangan sektor yang berpotensi sebagai subtitusi impor, seperti industri polyethylene dan polypropylene. Dengan harga gas yang kompetitif, menurut Airlangga, bisa mendorong pengembangan wilayah industri dan menjadi instrumen pemerataan ekonomi.
"Untuk mencapai kemudahan berbisnis di kisaran 40 dari peringkat 109 dunia, salah satu yang harus dilakukan melalui penyediaan listrik dan gas. Sehingga dalam hal ini, harga gas memiliki peran penting," ujarnya.
Saat ini harga gas industri di Indonesia berada pada kisaran 7-10 dolar AS per MMBTU. Menurut Airlangga, harga tersebut belum kompetitif. Seharusnya, kata dia, berada pada kisaran 4-5 dolar AS per MMBTU.
"Harga gas kita lebih tinggi dibandingkan negara tetangga," tuturnya.
Dalam beberapa kesempatan, wacana penurunan harga gas terus didengungkan pemerintah. Sejauh ini belum terelasasi. Airlangga dua hari lalu menyatakan skenarionya sudah dirancang.