REPUBLIKA.CO.ID, UBUD -- Makanan adalah bagian dari budaya yang mudah menarik banyak orang. Tak terkecuali bagi Robbie Gaspar dan Jane Ahlstrand asal Australia. Lewat makanan, Robbie dan Jane makin termotivasi untuk memahami budaya Indonesia lebih dalam.
Robbie Gaspar adalah mantan pemain sepak bola profesional Australia yang pernah merumput di sejumlah klub Indonesia. Ia kini tercatat sebagai mahasiswa sarjana di Universitas Murdoch, Australia Barat, selain menjadi pelatih sepak bola di sana.
Sementara Jane Ahlstrand adalah guru tari Bali yang kini tengah menempuh studi doktoral di Universitas Queensland. Keduanya hadir di antara belasan pemuda Australia yang menjadi delegasi Konferensi Pemuda Australia-Indonesia (CAUSINDY) 2016 di Bali, awal September 2016, dan berkesempatan belajar masakan Bali di Ubud.
“Saya sudah tujuh tahun tinggal di Indonesia, tapi baru kali ini belajar memasak masakan Bali, ternyata luar biasa,” ujar Robbie yang pernah bermain untuk Persib Bandung ini kepada ABC Australia Plus Indonesia.
Ia lalu menuturkan, “Tadi kami masak kari ayam, goreng-goreng dan potong sayuran, ada juga coconut (santan)."
“Apa lagi ya? Oh ...bawang putih, bawang merah, kunyit, kemiri, cabe, jahi (jahe), ya itu,” jawabnya ketika ditanya mengenai bahan-bahan makanan khas Bali yang ia masak di kelas, pada akhir pekan di awal September itu. Pria yang fasih berbahasa Indonesia ini mengaku terbiasa memasak untuk keluarganya, tapi masakan Indonesia adalah sesuatu yang, menurutnya, membutuhkan keahlian khusus.
“Saya biasa masak untuk anak saya, karena istri saya melatih dari pagi hingga jam 7 malam jadi saya harus memasak. Menunya biasanya spaghetti, ayam, ikan, dan masakan Kroasia karena bapak ibu saya berasal dari sana,” cerita Robbie.
“Tapi masakan Indonesia itu soal lain. Banyak bahannya dan proses memasaknya cukup lama, butuh kesabaran ekstra,” ujar mantan pesepakbola yang pernah bermain di Balikpapan selama 3 tahun ini.
Robbie kemudian mengatakan pengalaman tinggal di Balikpapan itulah yang membuatnya jatuh cinta pada Coto Makassar! “Iya, coto. Itu makanan favorit saya, karena di sana (Balikpapan) banyak masakan Makassar dan dasarnya saya juga suka daging,” ujar dia.
Cukup lama tinggal di Indonesia membuat Robbie lebih akrab dengan masakan Nusantara ketimbang masakan Asia Tenggara lainnya. “Saya pernah ke Malaysia, Brunei dan Singapura, tapi jujur saja saya lebih suka masakan Indonesia,” ungkapnya.
Tak hanya itu, berkat makanan pula, Robbie merasa jauh lebih mengenal Indonesia dibanding teman-temannya di Australia.
“Salah satu perayaan di Indonesia yang terkenal dengan hidangan khasnya adalah Idul Fitri. Terus terang ini menarik perhatian saya dan membuat saya belajar lebih banyak, sehingga di antara teman-teman, saya lebih paham soal Idul Fitri, betapa meriah dan pentingnya Idul Fitri bagi sebagian besar orang Indonesia,” kata Robbie.
“Di samping juga, saya menjadi lebih aware tentang apa yang terjadi di Indonesia,” imbuhnya.
Menurut Robbie, mayoritas warga Australia tak mengerti tentang Indonesia. “Kalau banyak yang paham pasti suasananya jauh berbeda, dan hubungan Australia dengan Indonesia akan lebih baik,” pendapatnya.
Pria yang tak tahan dengan makanan pedas ini mengatakan, sangat penting bagi orang Australia untuk mengerti tentang budaya Indonesia.
“Tak cuma soal makanan, walau ini bisa memicu ketertarikan budaya yang lebih luas tapi dengan belajar budaya kita bisa lebih paham, bisa lebih dekat dan hubungan bisa lebih baik lagi. Kenapa? Karena orang Australia dan Indonesia saya lihat punya kesamaan. Mereka sama-sama dekat dengan keluarga dan sama-sama mencintai olahraga, contohnya sepak bola,” ujarnya.