Kamis 29 Sep 2016 00:11 WIB

Jessica dan Mirna, Sahabat yang Tenggelam dalam Tragedi Olivier

Red: Ilham
Terdakwa kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin Jessica Kumala Wongso menjawab pertanyaan Jaksa saat menjalani sidang ke-26 di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu (28/9).
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Terdakwa kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin Jessica Kumala Wongso menjawab pertanyaan Jaksa saat menjalani sidang ke-26 di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu (28/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jessica Kumala Wongso dan Boon Juwita alias Hani saling mengenal di kuliah kampus Billy Blue Collge of Design di Australia, tepatnya tahun 2006. Setahun kemudian, mereka kedatangan seorang "anak baru" bernama Wayan Mirna Salihin.

Sebagai sesama perantau dari Indonesia, mereka kerap berkumpul dan bercengkrama ketika tidak disibukkan dengan tugas-tugas kuliah. Tak tentu memang waktunya, bisa sekali seminggu, sekali sebulan atau lebih. Walau tidak ada waktu pasti, ketiga perempuan berusia penghujung belasan tahun tetap menjalin komunikasi yang baik di antara mereka.

Jessica sendiri mengaku lebih dekat dengan Hani, yang dikenalnya lebih dulu daripada Mirna. Namun, selepas mereka diwisuda pada tahun 2008, Hani yang memilih kembali ke Indonesia lebih dulu mulai jarang berhubungan dengan teman-temannya.

Mirna dan Jessica pun menjadi semakin akrab dibandingkan sebelumnya. Sikap Mirna yang blak-blakan dan kerap berterus terang ternyata tidak pernah dipermasalahkan oleh Jessica.

Kepulangan Mirna ke Indonesia tidak membuat persahabatan mereka terputus begitu saja. Mereka tetap saling kontak dan saling mencari ketika salah satu sedang ada di Indonesia maupun Australia.

Jessica menuturkan, Mirna bisa sekali setahun berkunjung ke Australia. Pada tahun 2012, dia datang dengan calon suaminya Arief Soemarko, pada tahun 2013 bersama ibu dan adiknya, dan terakhir tahun 2014 dia sendirian. "Kalau ke Australia, Mirna pasti mencari saya," ujar Jessica.

Komunikasi terus berlanjut sampai akhirnya Jessica mengusulkan untuk membuat sebuah grup di aplikasi percakapan daring Whatsapp. Mirna kemudian membuatnya dan mengundang Jessica, Hani, dan Vera, salah satu teman kampus yang tidak bisa mereka tinggalkan begitu saja.

Tahun 2015, tepatnya 5 Desember, Jessica berkunjung ke Indonesia dan bisa ditebak, Mirna lah yang pertama kali dihubunginya. Bahkan, ketika masih transit di Bandara Changi, Singapura, dia mengaku satu-satunya orang Indonesia yang dikontak adalah Mirna, bukan, katakanlah, orang tuanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement