Kamis 29 Sep 2016 14:51 WIB

Amnesty: Tentara Sudan Gunakan Senjata Kimia Hadapi Warga Sipil

Rep: MgRol81/ Red: Teguh Firmansyah
Warga terpaksa mengungsi akibat konflik yang melanda Sudan.
Foto: EPA/JM Lopez
Warga terpaksa mengungsi akibat konflik yang melanda Sudan.

REPUBLIKA.CO.ID, DARFUR -- Organisasi yang fokus dalam bidang HAM Amnesty International, menduga pasukan Pemerintah Sudan telah menggunakan senjata kimia berulang kali terhadap warga sipil di daerah terpencil di Darfur selama delapan bulan terakhir. Dugaan ini didasari oleh bantuan bukti dokumentasi dari studio Situ Research.

Dugaan serangan kimia ini diyakini telah membunuh hingga 250 orang yang sebagian besar di antaranya anak-anak. Serangan ini masuk ke dalam daftar pelanggaran serius yang dilakukan oleh pasukan pemerintah di wilayah tersebut.

Seperti dilansir dari the Guardian, serangan paling baru yang terekam oleh Situ Research terjadi pada 9 September. Tapi, Amnesty yakin serangan tersebut masih berlangsung hingga sekarang.

Menggunakan citra satelit milik Situ Research, Amnesty mendapatkan lebih dari 200 wawancara mendalam melalui telepon atau internet, serta analisis pakar terhadap puluhan gambar yang menunjukkan kulit melepuh dan berdarah. Penyelidikan ini mengklaim bahwa setidaknya 30 serangan kimia telah terjadi di wilayah Jebel Marra sejak Januari 2016.

Baca juga, Bentrok Kembali Meletus di Sudan Selatan.

Juru bicara pemerintah Sudan membantah dugaan serangan senjata kimia. Perwakilan media dari kedutaan Sudan di London Khalid al-Mubarak, mengatakan pertempuran di distrik Jebel Marra adalah upaya pasukan pemerintah untuk menyerang pasukan yang setia kepada Abdul Wahid al-Nour, pemimpin Gerakan Pembebasan Sudan.

"Tidak ada serangan kimia yang terjadi," tegas al-Mubarak. "Amnesty International mendapat informasi ini dari tangan kedua. Mereka memilah-milih orang untuk berbicara,"

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement