Senin 03 Oct 2016 08:56 WIB

Pembangunan Demosite Ekohidrologi di Waduk Saguling Rampung

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Esthi Maharani
Waduk Saguling, Kabupaten Bandung Barat / Ilustrasi (Republika/Rachmat Santosa Basarah)
Foto: Republika/Rachmat S Basarah
Waduk Saguling, Kabupaten Bandung Barat / Ilustrasi (Republika/Rachmat Santosa Basarah)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Asia Pacific Center for Ecohydrology (APCE) yang bernaung di bawah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bekerjasama dengan Indonesia Power Saguling berhasil membangun Demosite Ekohidrologi di Waduk Saguling Jawa Barat. Lokasinya terletak di Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat.

Direktur Eksekutif APCE, Ignasius Dwi Atmana Sutapa mengatakan tujuan pembangunan demosite ini untuk memberikan contoh pemecahan masalah sumber daya air dengan pendekatan ekohidrologi dan sekaligus sebagai stasiun lapangan untuk penelitian.

"Pembangunan demosite ini dalam jangka panjang harapannya dapat meningkatkan kualitas lingkungan perairan," kata Ignasius akhir pekan lalu.

Demosite ini merupakan tahap pertama terdiri dari tiga aspek, yaitu monitoring kualitas air sungan dan unsur-unsur cuaca, pemodelan simulasi ekohidrologi, serta pengendalian pencemaran air domestik, pertanian dan industri rumah tangga. Ignasius mengatakan lokasi demosite ini tepat berada pada salah satu sungai yang masuk Waduk Saguling, yaitu Sungai Cibitung yang mempunyai luas daerah tangkapan air 35,5 kilometer per segi.

Lokasinya berada di lahan sawah Sungai Cibitung yang mempunyai luas daerah tangakapan air 35,5 km2. Demosite itu dibangun pada lahan sawah di Kampung Curugan, Kelurahan Mukapayung, Cililin untuk mengendalikan pencemaran air dengan aplikasi fitoteknologi. Lahan yang dipergunakan untuk demosite tersebut merupakan aset Indonesia Power Saguling.

Selain demosite, pada lokasi tersebut juga dibangun fasilitas monitoring online cuaca dan Sungai Cibitung. Ignasius mengatakan latar belakang pembangunan demosite ini karena buruknya kondisi lingkungan air secara global.

"Ini membuat penurunan signifikan keanekaragaman hayatiseluruh dunia dan berdampak pada ekosistem secara keseluruhan," ujarnya.

Ini membuktikan pendekatan konvensional untuk pengelolaan sumber daya air sudah tidak memadai. Pendekatan ekohidrologi melalui pembangunan demosite menjadi salah satu solusi untuk masalah teknis permasalahan air tersebut.

Ekohidrologi memainkan peran penting dalam mendukung kebijakan sumber daya air yang berkelanjutan dan meningkatkan pembangunan sosial dengan partisipasi berbagai pihak di semua tingkatan melalui keberhasilan pengelolaan sumber daya air terpadu.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement