Ahad 09 Oct 2016 23:30 WIB

Gasing Raksasa Berputar Pertama Kali di Ancol

Red: Ilham
Gasing (ilustrasi)
Foto: blogspot.com
Gasing (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah gasing kayu raksasa berdiameter 2,5 meter dan berat 400 kilogram diputar di Sentral Parkir Tengah, Taman Impian Jaya Ancol, Ahad (9/10). Gasing ini sebagai bagian dari penyelenggaraan The Association for International Sport for All (TAFISA) World Sport for All Games atau Pesta Olahraga-Rekreasi Masyarakat 2016 di Jakarta.

Gasing ukuran jumbo yang dinamakan "Jero Tridatu" tersebut diputar oleh masyarakat bersama peserta TAFISA asal Brazil. Gasing tersebut dibuat oleh tim yang dipimpin oleh Ketua Adat Desa Mundu, Bali, Putu Ardana. "Kami membuatnya dalam waktu dua minggu dan bekerja siang malam tanpa henti," ujar Putu.

Dia mengatakan, Jero Tridatu berbahan kayu jati Belanda dengan rangka besi. Gasing ini bisa diputar dengan tenaga sedikit-dikitnya lima orang. Selain pemutaran gasing raksasa, acara yang bekerja sama dengan Komunitas Gasing Indonesia itu juga menampilkan berbagai jenis gasing dengan bermacam bentuk dan ukuran dari seluruh Indonesia.

Ketua Komunitas Gasing Indonesia, Endi Aras menuturkan budaya memainkan gasing di Tanah Air memang sangat kuat. "Oleh karena itulah semua provinsi di tanah air memiliki gasing dengan bentuk, warna, dan ciri khasnya masing-masing," ujar Endi.

Misalnya, lanjut dia, masyarakat Jawa Barat dan Jakarta menyebut gasing sebagai gasing, panggal atau panggalan. Sementara di Lampung itu disebut pukang, sedangkan masyarakat Maluku menyebutnya Apiong.

Gasing juga disebut memiliki filosofi kehidupan. Gasing yang memutar terus memutar agar seimbang dianggap memberikan petunjuk kepada manusia bahwa agar bisa terus seimbang, manusia harus terus bergerak dalam hidupnya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement