REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- 7 Oktober lalu merupakan My Muslim Vote National Khutba Day di AS. Hari tersebut sengaja dikhususkan untuk menyeru warga Muslim AS untuk ikut dalam pemilihan umum (pemilu) yang akan digelar pada November mendatang.
Sepanjang hari itu, para ulama akan naik ke mimbar menyampaikan khutbah tentang pentingnya ikut serta dalam pemilu. Kampanye #MyMuslimVote diprakarsai para aktivis kelompok MPower Change dan Asosiasi Pelajar Muslim AS.
Meski kampanye ini tidak mengarahkan Muslim AS pada calon tertentu, ulama berharap, Muslim AS untuk segera mendaftarkan diri sebelum masa pendaftaran berakhir. Sehingga, bisa diperoleh data pemilih Muslim pada 8 November mendatang.
Manajer Kampanye MPower Change Mohammad Khan menyebut, hampir 50 masjid atau pusat komunitas Islam sudah mendaftarkan institusinya untuk ikut terlibat dalam pemilu mendatang. Ia mengatakan, masjid lebih dari sekadar tempat ibadah bagi Muslim. Masjid adalah pusat kegiatan komunitas dan membicarakan berbagai hal.
''Ide dibalik #MyMuslimVote Khutba Day adalah untuk menyampaikan pesan keterlibatan Muslim sebagai warga sipil menciptakan perdamaian,'' ungkap Khan melalui surat elektronik seperti dikutip The Huffington Post, pekan lalu.
Kampanye #MyMuslimVote melalui khutbah di mimbar-mimbar juga bentuk keberlanjutan pengayaan spiritual Muslim dan cara pemimpin komunitas menyerukan keadilan.
Hal lain yang melatarbelakangi kampanye ini adalah meningkatnya Islamophobia beberapa tahun belakangan dan fakta bahwa calon presiden dari Republican Donald Trump berulang kali menyampaikan kebenciannya terhadap Islam.
Salah satu hal yang pernah disinggung kandidat Republikan itu adalah mengatur ceramah para imam. ''Sebagi warga bangsa dan negara ini yang juga membayar pajak dan berkontribusi dengan aneka cara bagi AS serta komunitas dimana kami berasal, adalah wajar bila kami menggunakan hak kami,'' seru kampanye My Muslim Vote.
Kampanye My Muslik Vote juga menyebut, pemilu kali ini sangat krusial bagi Muslim AS mengingat Islamophobia dan aneka bentuk rasisme jadi fokus banyak kandidat dan digunakan untuk memobilisasi pendukung pandangan itu. Kampanye ini juga menghubungkan ide ikut serta dalam pemilu dengan prinsip spiritual Islam, amar ma'ruf nahi munkar (berbuat baik dan mencegah keburukan).
Dalam potongan khutbahnya, profesor hukum Islam Zaytuna College California, Munes Tomeh, bicara tentang memilih pemimpin sebagai hal penting dari sisi spiritual dan merupakan bagian menciptakan kebaikan di dunia. ''Tidak cukup bagi kita hanya shalat, puasa, berhaji, dan fokus ibadah tapi mengabaikan apa yang terjadi di sekitar kita,'' ungkap Tomeh dalam khutbahnya. Tomeh meminta umat Muslim AS terlibat dan berdiskusi tentang isu yang tengah hangat dengan tetap memohon pertolongan Allah SWT.