REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada 1010-1013, sebagian Madinah al-Zahra direbut pasukan dari pesaing Kekhalifahan, Sulayman al-Mustain. Pendudukan itu membuat masyarakat Madinah al-Zahra berangsur-angsur meninggalkan kota. Material Kota Madinah al-Zahra tetap utuh setidaknya sampai abad ke-17.
(Baca: Situs Madinah al-Zahra, Sejarah Tata Kota Islami)
Pada rentang masa itu, kota yang rusak karena ditinggalkan itu diatribusikan kepada kepemimpinan Rowami dan disebut sebagai Kota Tua Cordoba hingga akhirnya ada identifikasi spesifik pada 1832 yang menyebutnya kembali sebagai Madinah al-Zahra. Apa yang bisa dilihat di situs Madinah al-Zahra hari ini adalah hasil kerja sejak seabad lalu.
(Baca: Butuh 40 Tahun Membangun Madinah al-Zahra)
Madinah al-Zahra hari ini adalah hasil estafet kerja para peneliti dari generasi berbeda yang terus dihidupkan. Fakta yang tidak bisa dibantah adalah bahwa situs ini, Archaeological Ensemble of Madinat al-Zahra, berhasil menarik banyak wisatawan untuk mengunjunginya.
Penggalian situs Madinah al-Zahra dimulai pada abad ke-20 oleh Ricardo Velázquez Bosco. Namun, belum banyak yang bisa diungkap. Sejak 1930-an, penggalian lebih sistematis dilakukan yang dimulai dari benteng utara kota. Bersamaan dengan itu, rekomposisi materi, arsitektur, dan ornamen juga dilakukan.
(Baca Juga: Pengaruh Madinah al-Zahra dalam Reformasi Perkotaan)
Restorasi ruang gambar Abdul Rahman III dan ruang utama Kekhalifahan Umayyah dilakukan pada 1944. Itu merupakan proyek besar dari penggalian Madinah al-Zahra di paruh kedua abad ke-20 dan masih berlangsung hingga saat ini.
Sejak 1985 hingga saat ini, Pemerintah Spanyol melalui Pemerintah Regional Andalusia melindungi situs Madinah al-Zahra melalui undang-undang tentang situs budaya. Dalam konteks konservasi, dalam dua dekade terakhir, sudah dikembangkan strategi restorasi atas Madinah al-Zahra dengan membuat pembagian area di mana beberapa di antaranya terbuka untuk publik.
Pada tahap pengembangan selanjutnya, representasi Madinah al-Zahra dimuseumkan. Museum Madinah al-Zahra dibangun di luar tembok Kota Madinah al-Zahra di tanah seluas 7.000 meter persegi dan selesai pada 2009. Di museum ini, terdapat 166 benda asli yang diperoleh dari hasil penggalian.
Benda-benda tersebut secara umum menjelaskan aspek sejarah dan budaya Madinah al-Zahra dan hubungannya dengan Cordoba. Kini, Madinah al-Zahra adalah situs dengan segudang potensi, tak hanya karena bangunan-bangunannya sudah bisa dilihat jelas, tapi juga karena situs yang belum tergali mencapai 90 persen. Karena itu, konservasi dan restorasi serta kerja arkeologi tetap dibutuhkan.