REPUBLIKA.CO.ID, LONDON – Sepak terjang Tottenham Hotspur ketika melumat pemuncak klasemen sementara Liga Primer Inggris 2016/2017 Manchester City pada pekan ketujuh lalu mencuri banyak perhatian. Dengan kemenangan tersebut, Spurs mampu kembali mengidentitaskan diri jadi tim yang siap terlibat dalam perebutan gelar seperti musim lalu.
Hingga pekan ketujuh musim ini, Spurs kokoh jadi satu-satunya tim yang belum terkalahkan di Liga Primer Inggris. Catatan 17 angka yang mereka kumpulkan hanya tertinggal satu poin dari City di puncak klasemen.
Sisi paling menarik adalah soal tingkat kebobolan. Meski dikenal punya striker mematikan dalam diri Harry Kane, Spurs justru menumpu kekuatan di sektor belakang. Hal yang juga jadi andalan mereka musim lalu hingga mampu finis di peringkat ketiga klasemen akhir.
Musim lalu Spurs jadi tim paling sedikit dibobol lawan dengan 30 kali kemasukan. Pada musim ini, pasukan London Utara baru kemasukan tiga dari tujuh laga. Paling sedikit di antara lainnya. Bukan tak mungkin, andai bisa terus menjaga rapat pertahanan mereka hingga Mei tahun depan, gelar liga yang musim lalu nyaris mereka rengkuh kali ini bisa didapatkan.
Konsistensi bermain dengan rantai pertahanan disiplin merupakan faktor utama Spurs menjelma jadi tim diperhitungkan tiga musim terakhir (termasuk musim ini). Awal mula konsistensi Spurs bisa dikatakan dimulai sejak era pelatih mereka saat ini, Maurico Pochettino yang datang pada musim panas 2014.
Kesimpulan ini dapat dilihat dari capaian Spurs sejak ditangani sosok asal Argentina itu. Pada musim pertamanya, 2014/2015, Pochettino memberikan Spurs 64 angka yang membuat the Lily Whites bertengger di posisi kelima klasemen akhir. Semusim berikutnya lebih baik lagi, Spurs untuk pertama kalinya mencicipi peringkat ketiga klasemen akhir yang merupakan pencapaian tertinggi mereka sepanjang sejarah mengikuti Liga Primer Inggris.