REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Gagasan menyulap gerbong kereta yang sudah tidak terpakai menjadi tempat penampungan dan fasilitas bagi para tunawisma di Melbourne sedang dibahas sebagai salah satu cara menangani krisis perumahan yang terus meningkat di kota ini.
Negara bagian Victoria, khususnya Melbourne, telah mengalami lonjakan jumlah orang yang tidur di udara terbuka di pusat kota. Rata-rata sekitar 250 orang tidur di jalanan setiap malam.
Tom Keel, pengajar mata kuliah Konstruksi Berkelanjutan di Universitas Deakin mengatakan mereka telah menyelenggarakan disuksi serius dengan operator kereta di pinggiran Kota Melbourne mengenai gagasan ini. “Dari perbincangan kami dengan operator Metro Trains, mereka memiliki sekitar 50 gerbong kereta kosong yang sudah tidak beroperasi lagi dan saat ini tak digunakan untuk apa pun,” kata Keel kepada 774 ABC Melbourne.
“Kami berpikir mengisi kembali gerbong kereta tak terpakai itu dengan tempat tidur susun, dan salah satu gerbong akan murni digunakan untuk layanan cuci pakaian dan mandi, sementara gerbong lainnya akan digunakan sepenuhnya untuk ruang makan. Semua ini mungkin, kami telah mempelajarinya," katanya.
Organisasi amal punya gagasan serupa
Brendon Nottle dari organisasi amal Salvation Army mengatakan mereka juga berbicara dengan operator kereta Metro mengenai gagasan yang sama. Mereka mengusulkan gerbong-gerbong kereta tak terpakai ini ditempatkan di luar kota, di tempat-tempat seperti Dandenong.
“Saya kira kami perlu melihat lokasi, itu merupakan bagian paling penting dari gagasan ini, Apakah kota Dandenong merupakan tempat terbaik untuk meletakkan gerbong-gerbong kereta tersebut, atau perlukah kami menempatkan gerbong-gerbong itu di tempat lain,” ucapnya.
Operator Metro Trains sendiri mengatakan terbuka dengan gagasan ini dan telah membicarakannya dengan Keel. “Kami sudah mencapai kemajuan dalam membahas bagaimana agar kereta yang tidak terpakai ini dapat menjadi bagian solusi dari kehadiran tunawisma dan kebutuhan akan akomodasi krisis di tengah masyarakat,” kata juru bicara Metro Trains, Marcus Williams.
Wali Kota Melbourne, Robert Doyke mengatakan, masalah tunawisma dan kesulitan perumahan memang merupakan masalah yang membutuhkan penanganan, tapi usulan ini memiliki kelemahan. “Anda perlu memastikan kalau disana juga tersedia layanan pendukung. Anda tidak bisa sekedar menyekat area gerbong kereta api atau meletakkan rak di bus, dan kemudian menempatkan orang-orang tunawisma di sana. Kebutuhan mereka jauh lebih kompleks dari itu,” katanya.
Penanganan tunawisma
Usulan Keel itu akan menempatkan gerbong-gerbong kereta api yang sudah tidak terpakai dan akan dirancang sebagai bangunan semi permanen itu di area kosong di sekitar Stasiun Flinder Street. Keel mengatakan gerbong-gerbong ini akan ditujukan untuk menyediakan tempat yang ramah dan lebih mudah bagi orang-orang yang tidur di udara terbuka untuk beristirahat di malam hari, dan penyedia layanan juga akan bisa menggunakan gerbong tersebut.
“Begini masalahnya, bagaimana kami bisa membuat gerbong itu menarik tapi tidak terlalu menarik sehingga tidak mulai digunakan oleh wisatawan backpacker,” katanya.
Saya pernah berbicara dengan beberapa tunawisma dan gadis pertama [yang saya ajak bicara] merupakan sosok yang tidak bisa saya lupakan. Segera setelah saya menjelaskan gagasan ini secara singkat dia langsung menitikkan air mata.,” kata Keel.
“Dia mengatakan kepada saya apakah ini artinya akan ada seseorang yang akan memelihara kami? Dan ketika saya mendengar kalimat itu saya langsung menekankan pentingnya gagasan ini.”