Jumat 28 Oct 2016 18:35 WIB

Pengelolaan Zakat dan Wakaf Dinilai Perlu Akuntabilitas

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Menteri Keuangan RI Sri Mulyani menyampaikan paparannya pada Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 2016 di Surabaya, Jumat (28/10).
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Menteri Keuangan RI Sri Mulyani menyampaikan paparannya pada Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 2016 di Surabaya, Jumat (28/10).

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, pemanfaatan zakat dan wakaf untuk menumbuhkan ekonomi sosial Islam harus didukung oleh akuntabilitas. Dukungan akuntabilitas ini untuk membangun rasa percaya  diantara masyarakat dan investor.

"Kita bisa melakukan akuntabilitas yang tetap sesuai dengan nilai-nilai agama Islam," ujar Sri Mulyani ketika memberikan kuliah umum di ajang Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 2016 di Grand City Surabaya, Jumat (28/10).

Dalam mengelola zakat dan wakaf perlu ada pemikiran bersama dari sisi tata kelola dan regulasinya. Menurut Sri Mulyani, dengan adanya kepercayaan di dalam negeri maka masyarakat yang berpenghasilan lebih tidak akan menempatkan uangnya di luar negeri. Apabila masyarakat yang berpenghasilan tinggi ini dapat menempatkan dana nya untuk zakat, wakaf, dan patuh membayar pajak maka akan menjadikan kemakmuran bagi masyarakat.   

"Mimpi saya, kita mampu menciptakan kemakmuran sehingga kita bisa jadi umat yang memberi bukan yang meminta," kata Sri Mulyani.  

Sri Mulyani mengatakan, keuangan syariah memiliki piotensi besar karena dari sisi karakternya bisa menciptakan pembangunan yang inklusif dan pruden. Namun keuangan syariah perlu didukung oleh semua pihak, agar bisa mampu untuk memanfaatkan momentum yang ada.

Pemerintah, kata dia, berkeinginan untuk terus mendukung perkembangan dari instrumen dan lembaga syariah. Namun usaha pemerintah harus didukung oleh masyarakat yang makin memiliki kesadaran dan literasi. Sri Mulyani menjelaskan, usaha pemerintah utk membentuk Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) merupakan langkah yang baik dan perlu untuk mengundang partisipasi masyarakat secara terus menerus.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement