REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Salah satu agenda utama Hari Santri Nasional diisi dengan kegiatan khataman akbar.
Koordinator Nasional (Kornas) Nusantara Mengaji, Jazilul Fawaid, menjelaskan, khataman akbar yang diinisiasi gerakan Nusantara Mengaji ingin menjadikan peringatan Hari Santri Nasional tidak hanya sebagai seremonial. Tetapi juga bagian Revolusi Mental agar pembangunan menyentuh mental, spiritual, dan keteladan kepemimpinan nasional.
"Tradisi santri itu tradisi mengaji, tradisi khataman Alquran, ya tradisi umat Islam pada umumnya. Nah, ini sejalan dengan Gerakan Nusantara Mengaji sebagai gerakan spiritual keagamaan memperbaiki kualitas moral, membangun karakter bangsa serta meningkatkan pemahaman dan pengamalan nilai-nilai Alquran dalam kehidupan berbangsa dan bernegara," kata Jazil yang juga ketua Alumni Perguruan Tinggi Ilmu Alquran (PTIQ) Jakarta ini.
Di Bekasi, kegiatan Khataman Akbar berlangsung di 56 kelurahan dari 12 kecamatan. Pusat khataman ditempatkan di Masjid Siti Rawani, Jati Asih, Bekasi dan disiarkan langsung di Tv One pada program "Damai Indonesiaku". Cak Imin dan beberapa mubalig lainnya dijadwalkan mengisi ceramah dalam acara tersebut. Khataman Alquran, dimulai serentak dari pagi hingga siang hari pada Minggu 30 oktober 2016.
Jazil berharap syiar ini mampu membangkitkan kegiatan mengaji Alquran di masyarakat semakin marak. Nusantara Mengaji, ujarnya, terus melakukan pengabdian dalam mendekatkan Alquran dengan masyarakat dan mendekatkan masyarakat dengan Alquran.
Jazil mengatakan melalui berbagai program, Nusantara Mengaji juga terus berupaya mensyiarkan Alquran, salah satunya melalui aplikasi Nusantara Mengaji, yakni aplikasi khataman online pertama di dunia, serta program Infaq Sejuta Alquran, Beasiswa hafidz berprestasi dan berbagai pelatihan peningkatan kualitas pemahaman dan bacaan kandungan Alquran.
Inisiator Nusantara Mengaji H Abdul Muhaimin Iskandar, mengungkap Kota Bekasi sebagai Kota Patriot, dipilih menjadi tempat Khataman Akbar Nusantara Mengaji untuk merefleksikan semangat Hari Santri Nasional. Sebab, sejak masa pra kemerdekaan hingga saat ini, perjuangan para santri tak lepas dari kontiunitas upaya lahir dan batin.
"Seluruh usaha perjuangan umat Islam indonesia, sejak zaman pra kemerdekaan hingga berhasil merebut kemerdekaan selalu berdasarkan usaha dan doa," terang Cak Imin. Pada era sekarang, kata Cak Imin, peran santri dalam mengisi pembangunan tak lepas dari bagian perjuangan umat Islam untuk kemajuan Indonesia.
"Sejak dulu bahkan sampai hari ini, peran santri mengisi pembangunan ini merupakan ikhtiar terus menerus dengan kesungguhan dan keikhlasan. Mari kita jadikan, khataman dan tadarus Alquran ini, upaya riyadhah dan munajat yang melengkapi doa-doa kita, agar usaha lahiriyah dan batiniyah ini mempermudah dan melengkapi target-target keberhasilan yang kita raih," paparnya.