REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo santai menanggapi kritik dari Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), yang menyebut serinya intelijen memberi informasi yang salah. Jokowi mengatakan kesalahan tersebut bisa saja terjadi, karena bagaimanapun seorang intelijen adalah manusia biasa.
"Yang namanya manusia kan kadang-kadang bisa benar, bisa enggak benar. Bisa error, bisa enggak error," ujarnya di teras belakang Istana Merdeka, Kamis (3/11).
Kendati begitu, Presiden tetap menghargai apa yang disampaikan SBY. Bagi Jokowi, itu merupakan bentuk masukan yang baik untuk pemerintah. Adapun Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menyatakan setiap informasi yang diterima intelijen akan dianalisa kebenarannya.
Ia menilai apa yang disampaikan SBY terkait kesalahan informasi intelijen menunjukkan adanya perbedaan analisa antara satu pihak dengan pihak lainnya.
"Mungkin yang ditangkap Pak SBY beda, analisa kita juga beda. Itu biasa saja," ujarnya, yang duduk di samping Presiden.
Pada Rabu (2/11) lalu, SBY dalam sebuah konferensi pers, mengkritik pemerintah telah melakukan kegagalan intelijen dan kesalahan intelijen.
Menurut SBY, saat menjabat sebagai presiden selama 10 tahun, tak mudah bagi intelijen untuk melapor pada dirinya. Sebab, laporan itu harus betul-betul akurat. Karena itulah, SBY menyebut ia tak mudah menuduh pihak sehingga menimbulkan fitnah.
"Ingat, fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan," ucap Presiden RI ke-6 tersebut.