REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Provinsi Jawa Barat menjadi daerah yang paling rawan pergerakan tanah di Indonesia. Menurut Kepala Badan Geologi Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM), Ego Syachrial hingga November 2016 di Indonesia telah terjadi 176 bencana gerakan tanah atau longsor. Sekitar 87 kejadian longsor ada di Jabar.
"Jadi, selama 2016 ini dari semua kejadian longsor di Indonesia, lebih dari 40 persen terjadi di Jabar," ujar Ego kepada wartawan di sela-sela acara launching buku 'Prakiraan Wilayah Potensi Tanah Longsor dan Banjir Bandang di Indonesia' di kantor Geologi, Kamis (10/11).
Ego mengatakan, bencana longsor tersebut menyebabkan korban berjumlah 76 jiwa meninggal dunia, 28 orang mengalami luka-luka, serta lebih dari 1.000 bangunan mengalami kerusakan. Saat ini, hukan kembali menerjang Bandung dan sekitarnya. BMKG, memprediksi curah hujan tinggi akan terus terjadi hingga akhir tahun. Bahkan, hujan kali ini berada dalam kondisi ekstrem dan berpotensi terjadi bencana alam jika tidak diantisipasi secara preventif.
"Hingga akhir tahun, hujan yang turun dalam kondisi di atas normal. Ini sangat memicu gerakan tanah sampai dengan potensi gunung berapi," kata Ego.
Ego berharap hal ini menjadi perhatian bersama pemerintah daerah. Karena, Jawa Barat merupakan daerah paling rawan se-Indonesia terjadi bencana alam. Yakni berpotensi longsor dan banjir bandang jika terjadi curah hujan dengan intensitas tinggi.
"Hampir semua daerah 27 kabupaten/kota di Jabar berpotensi banjir dan longsor," katanya.
Namun, kata dia, ada beberapa daerah di Jabar yang paling rawan berpotensi terjadi longsor. Di antaranya, Kabupaten Bandung, Sukabumi, Cianjur, Garut, Sumedang dan Tasikmalaya. "Daerah-daerah itu yang paling harus diwaspadai," katanya.
Seperti diketahui, pascahujan deras pada Rabu 9 November 2016, sejumlah daerah mengalami bencana di antaranya banjir parah di Kabupaten Bandung, Kota Bandung dan Kota Cimahi.