REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak menghargai Buya Syafi'i Ma'arif yang melontarkan pendapat Basuki Tjahaja Purnama tidak melakukan penistaan sebagaimana dalam siaran Indonesia Lawyers Club bertema tentang aksi massa 4 November.
"Terkait dengan perbedaan pandangan arus besar kader dan warga Muhammadiyah dengan Buya Syafi'i Ma'arif harus pula disikapi dengan elok dan arif," kata Dahnil di Jakarta, Kamis (11/11).
Ia menilai Buya Syafi'i adalah seorang sahabat kader Muhammadiyah yang baik. Syafi'i, mantan Ketum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, menurutnya memiliki pandangan berbeda dengan sebagian besar warga Muhammadiyah terkait dengan dugaan penodaan agama. Kendati demikian, lanjut dia, bukan berarti perbedaan pendapat malah memecah belah warga Muhammadiyah yang juga bagian dari umat Islam.
"Perbedaan pandangan dalam Muhammadiyah adalah hal biasa, justru melalui perbedaan tersebut tradisi dialog yang memajukan hadir. Dialog yang memajukan di mana nalar nan sehat dirawat, dialog di mana kebaharuan bisa lahir," ujarnya.
Beda pendapat mengenai suatu persoalan, kata Dahnil, justru harus disambut dengan dialog yang memajukan, saling mendukung dan menghormati. "Kita hormati pandangan Buya Syafi'i Ma'arif dan sahabat lain yang satu pandangan dengan beliau," ucapnya.
Dahnil melanjutkan, jangan karena beda pendapat, kata dia, membuat berpecah belah dan saling menebar fitnah karena hal tersebut tidak elok. Jika sesama Muslim saling menghujat dan memfitnah, akan ada pihak yang bergembira melihat umat Islam pecah berkeping-keping.
Kendati memiliki perbedaan pandangan soal dugaan penistaan agama oleh Ahok, Dahnil mengatakan bahwa dirinya tetap menjadi seorang pengagum Buya Syafi'i yang pernah memimpin salah satu ormas Islam terbesar di Indonesia, yaitu Muhammadiyah.
Lewat akun Twitter milik Dahnil, Ketum PP Pemuda Muhammadiyah itu juga menyampaikan pihaknya telah mendatangi kediaman Buya Syafi'i di Yogyakarta untuk berdialog mengenai perbedaan pandangan soal dugaan penistaan agama.
Menurut dia, terdapat pihak-pihak yang sengaja memanfaatkan momentum perbedaan pandangan soal dugaan penistaan agama itu untuk mengadudomba internal Muhammadiyah.
"Saya dan kawan-kawan muda Muhammadiyah terbiasa dialog dan berbeda pendapat bukan hanya dengan Buya Syafii, melainkan dengan tokoh senior Muhammadiyah lain (juga dilakukan). Tetap hormat," katanya.