Selasa 15 Nov 2016 10:09 WIB

Cegah Kekerasan Bermotif Agama!

Rep: Neni Ridarineni/ Red: Agus Yulianto
Kapolri Jenderal (Pol) Tito Karnavian (kiri) memberikan keterangan kepada wartawan terkait perkembangan terbaru teror bom Samarinda di Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, Senin (14/11).
Foto: Antara/Indrianto Eko Suwarso
Kapolri Jenderal (Pol) Tito Karnavian (kiri) memberikan keterangan kepada wartawan terkait perkembangan terbaru teror bom Samarinda di Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, Senin (14/11).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA - Sekretaris Jenderal Jaringan Nasional Indonesia Baru (JNIB) Harli Muin mengingatkan pemerintah segera mengambil tindakan penting untuk mencegah kekerasan yang berlatar agama menguat yang dialamatkan pada simbol rumah ibadah, simbol keagamaan dan lainnya apa pun bentuknya.

"Pekan ini, ada tiga peristiwa mencederai kerukunan beragama di Tanah Air. Gereja Oikumene, Kelurahan Sengkotek, Samarinda Seberang, Kota Samarinda, Kalimantan Timur di Bom (13/11). Di Wihara Budi Dharma yang terletak di Jalan GM Situt, Singkawang, Kalimantan Barat juga di lempar bom pada Senin (14/11), dan ancaman teror bom juga diterima petugas keamanan Gereja Katolik Gembala Baik di Jalan Ridwan 16, Kota Batu," kata Harli dalam rilisnya yang diterima Republika.co.id, Selasa (15/11).

Kejadian di Samarinda, menyebabkan Intan Olivia Marbun, anak berusia balita  meninggal dunia dan menyebabkan puluhan orang menderita luka dan kerusakan beberapa harta benda lainnya. Meski di Kalimantan Barat dan di batu dilaporkan tak berdampak, namun peristiwa ini menodai kerukunan beragama.

Serangkaian kekerasan terhadap rumah ibadah, kata Harli Muin, merupakan ancaman terhadap NKRI dan ancaman terhadap keamanan nasional di Tanah Air dan ancaman terhadap disintegrasi bangsa. Terkait dengan hal itu, dia  mengecam tindakan kekerasan yang mengatasnamakan agama dan simbol-simbol agama lainnya-dengan tujuan menghancurkan Pancasila dan semangat Bineka Tunggal Ika di Tanah Air.

Untuk mencegah masalah ini berulang, kata Harli,  diharapkan Polri dan TNI mengerahkan semua kekuatan  menyelesaikan kasus pelaku pengeboman di Gereja Oikumune di Samarinda, Wihara di Kalimantan Barat, dan ancaman bom terhadap gereja di Kota batu itu secara tuntas. "Tidak saja terbatas kepada pelaku, tetapi mencari aktor utama dibalik pelaku kekerasan ini, mulai dari organisasi nya—dan sumber dana operasi para teroris ini," ucapnya.

Menurut  Harli, semua pihak memiliki tanggung jawab melawan kekerasan atas nama agama, suku, ras dan antar golongan. Karena, terorisme bukan hanya tanggung jawab kepolisian dan TNI, melainkan tanggung jawab semua anak bangsa memelihara kebinekaan dan NKRI.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Yuk Ngaji Hari Ini
اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْ حَاۤجَّ اِبْرٰهٖمَ فِيْ رَبِّهٖٓ اَنْ اٰتٰىهُ اللّٰهُ الْمُلْكَ ۘ اِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّيَ الَّذِيْ يُحْيٖ وَيُمِيْتُۙ قَالَ اَنَا۠ اُحْيٖ وَاُمِيْتُ ۗ قَالَ اِبْرٰهٖمُ فَاِنَّ اللّٰهَ يَأْتِيْ بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِيْ كَفَرَ ۗوَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَۚ
Tidakkah kamu memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim mengenai Tuhannya, karena Allah telah memberinya kerajaan (kekuasaan). Ketika Ibrahim berkata, “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,” dia berkata, “Aku pun dapat menghidupkan dan mematikan.” Ibrahim berkata, “Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat.” Maka bingunglah orang yang kafir itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim.

(QS. Al-Baqarah ayat 258)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement