REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) menyatakan perbankan tidak perlu khawatir terhadap kondisi likuiditas saat ini yang cenderung mengetat menjelang akhir tahun. Kekhawatiran perbankan akan kondisi likuiditas saat ini dinilai bank sentral merupakan trauma dari tahun lalu.
Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan dan Moneter BI, Juda Agung menilai, kondisi likuiditas di tahun ini lebih baik dibandingkan akhir tahun lalu. Saat ini dana bank yang tersimpan di Bank Indonesia lebih tinggi dibandingkan tahun lalu, yakni sebesar Rp 320 triliun.
"Kondisi tahun lalu ada memberikan trauma pada perbankan ketika likuiditas disedot menjelang Desember akhir. Kondisi sekarang agak beda. Oktober tahun lalu likuiditas di bawah Rp 200 triliun, akhir oktober 2016 sebesar Rp 320 triliun," ujar Juda Agung dalam diskusi Economic Outlook 2017 di Jakarta, Selasa (15/11).
Juda menuturkan, tahun lalu pemerintah mati-matian menggenjot pajak pada akhir tahun. Sementara kondisi fiskal saat ini lebih terjaga risikonya, tidak sebesar tahun lalu. Ia menilai hal ini karena kebijakan pemerintah mengenai perpajakan lebih baik dibandingkan tahun lalu, yakni dengan adanya tax amnesty.
Adanya kebijakan tax amnesty diharapkan dapat menambah likuiditas. Apalagi dari sebanyak Rp 143 triliun komitmen repatriasi dari periode pertama kebijakan, baru masuk sekitar Rp 50 triliun hingga Oktober 2016. Masih ada likuiditas sebesar Rp 100 triliun yang belum masuk.
"Mestinya bank nggak perlu khawatir dengan kondisi likuiditas sisa tahun ini. Ada beberapa bank yang mau naikkan suku bunga sebaiknya ditahan. Kondisi sekarang lebih baik," jelasnya.
Sementara itu Ekonom Bank Negara Indonesia (BNI) Ryan Kiryanto mengatakan, kondisi Loan to Deposit Ratio (LDR) industri perbankan saat ini telah mendekati batas atas BI yakni sebesar 91 persen. Batas atas yang dipatok BI di angka 92 persen.
Dengan mengetatnya likuiditas ini, perbankan dikhawatirkan akan bersaing ketat dalam memperebutkan Dana Pihak Ketiga (DPK) dengan menaikkan suku bunga deposito. Selain itu, rencana pemerintah untuk menerbitkan surat utang baru akan menambah persaingan dalam memperebutkan likuiditas di pasar.
"Tapi sebenarnya nggak apa-apa, asal pemerintah segera belanjakan dana tersebut biar balik lagi ke bank," katanya.
Sehingga, sepanjang likuiditas mengetat, suku bunga kredit susah turun dan pertumbuhan kredit akan sulit tumbuh. Akhir tahun ini kredit diperkirakan akan tumbuh di kisaran 7,0-9,0 persen. Sedangkan tahun depan sebesar 12-14 persen.