REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyak tulisan yang mengulas peran Baghdad, Spanyol, dan Sisilia dalam kebangkitan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam. Namun, Maroko sering luput diikutsertakan di sana.
Padahal, Maroko juga punya andil mengamankan jalur antara Timur dan Barat bagi para pengelana Muslim yang melintasi Laut Mediterania. Maroko juga berperan dalam transmisi pengetahuan pembuatan kertas dari Cina ke Eropa. Sejarah juga mencatat, Maroko khususnya di Kota Marrakesh dan Fes, terkena pengaruh perkembangan ekonomi Andalusia.
Maroko dibangun oleh Dinasti Almoravid (1062-1150) yang kala itu merupakan kekuatan baru di Afrika Utara. Mayoritas mereka bukanlah orang Arab, melainkan suku Berber. Dinasti Almoravid menaklukkan Maroko dan mendirikan Kota Marrakesh sebagai ibu kota pada 1062.
Dipimpin Yusuf Ibnu Tashufin, Almoravid juga berhasil menerobos Andalusia menyusul kejatuhan Toledo pada 1085. Hal itu dilaku kan salah satunya sebagai respons atas per mintaan bantuan para pemimpin kerajaankerajaan kecil (Taifa) untuk menumpas ten tara Kristen di utara Spanyol.
Almoravid berhasil menguasai Andalusia pada 1090 sambil tetap memegang kendali atas Marrakesh. "Selain menguasai Maroko, Dinasti Almo ravid juga melakukan ekspansi,'' tulis Salah Zaimeche dalam artikelnya Morocco as a Great Center of Islamic Science and Civilisa tion dan dimuat di laman Muslim Heritage.
Beberapa dekade sebelum Almoravid mengintervensi Spanyol pada 1086, anarki me nyebar di tengah Muslim Spanyol dengan ter ben tuknya puluhan kerajaan kecil (Taifa de Reyes). Keadaan ini dimanfaatkan kelom pok Kristen di Utara dengan aksi Reconquista. Me re ka membantai sejumlah tempat kaum Mus lim. Hanya sedikit umat Islam yang ber tahan.
Mendengar itu, pada 1086, Almoravid menyeberang dari Maroko ke Spanyol. Pasukan Almoravid berhasil mengalahkan pasukan Kristen dan membuat Alfonso kabur bersama lima ratus pria berkuda. Almoravid juga turun tangan menangani masalah kerajaan-kera jaan kecil Islam di sana.
Namun, beberapa kerajaan kecil itu berkomplot untuk meracun pemimpin Almoravid, Ibnu Tashfin. Namun, upaya keji itu gagal dan Ibnu Tashfin berhasil kembali ke Maroko. Pada 1090, Ibnu Tashfin kembali menyeberang ke Spanyol dan benar-benar menyingkirkan rajaraja kecil itu kemudian menancapkan kepe mim pinan Almoravid di sana.
Setelah Ibnu Tashfin wafat, kepemim pin annya dilanjutkan dinasti dari suku Berber lainnya, yakni Almohad (1150-1269). Dinasti Almohad menjadikan Sevilla (Spanyol) seba gai ibu kota Andalusia dan tetap menjadikan Marrakesh sebagai pusat kekuatan di Afrika Utara.
Di era Dinasti Almohad, Marrakesh dan Sevilla jadi pusat-pusat ilmu. Di Afrika Utara, ilmu arsitektur berkembang pesat hingga tampaklah dinding-dinding megah di Kota Fez, Rabat, dan Marrakesh.
Kepemimpinan Almohad di Maroko ber barengan dengan masa keemasan ilmu pengetahuan yang merambat hingga Maroko. Al mo had mendirikan Masjid Kutubiya di Marra kesh yang tak hanya cukup memuat 25 ribu jamaah , tetapi juga kondang sebagai pusat pendidikan. Di sana terdapat bukubuku, manuskrip, dan toko buku.
Di bawah kepemimpinan Almohad ter uta ma Khalifah Abu Yaqub, pemerintah tak ha nya mendorong pembangunan sekolah dan per pustakaan, tapi juga memerhatikan kese jah teraan para alim ulama. Ibnu Rushdi, Ibnu Tu fail, Ibnu Zuhr, dan banyak ilmuwan lain mene mukan tempat aman mengembangkan ilmu.
Setelah Abu Yaqub (Al-Mansur) wafat, warisan kepemimpinan diserahkan kepada putranya, al- Nasir (1199-1214). Sayangnya, al-Nasir tak begitu perhatian dengan ilmu pengetahuan. Dalam perang yang menentukan Navas de Tolosa pada 1212, pasukan al- Nasir dikalahkan pasukan Kristen.
Setelah itu, kota-kota Muslim di Spayol diambil pa sukan Kristen. Sejak itu, tak ada pasukan yang mampu merebut kembali wilayah selatan Spanyol ke pangkuan Islam, hingga pada abad 15, Kesultanan Turki Utsmani secara gemilang berhasil melakukan hal itu.